8,700 views

Indahnya Toleransi Beragama Damaikan Umat

Pada dasarnya damai merupakan fitrah manusia. Dimana, setiap individu diberikan rasa tersebut. Jika kedamaian ingin dipupuk lebih baik, ini bisa diasah dengan melalukan hal sederhana yang bisa membuat individu menjadi lebih damai.

_Wanda Aulia_

Siapa yang tidak mengenal dengan toleransi beragama yang ada di setiap desa bahkan juga di Indonesia sendiri ? Dimana banyak agama yang dianut dan juga suku yang beragam. Toleransi akan semakin utuh apabila dilihat dari berbagai macam sudut pandang, tidak hanya satu sudut pandang. Bukan hanya toleransi melainkan semua umat dengan kepercayaan yang diyakini akan semakin indah. Seperti halnya pelangi. Banyak warna yang menyelimuti namun tetap menjadi satu, tanpa harus ada sekat awan yang memisahkan.

 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi berasal dari kata “toleran”, memiliki arti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara bahasa atau etimologi toleransi berasal dari bahasa Arab tasamuh yang artinya ampun, maaf dan lapang dada. (Munawir, th: 1098)

 Secara terminologi, menurut Umar Hasyim, toleransi yaitu pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. (Hasyim, 1979: 22)

Namun menurut W. J. S. Poerwadarminto dalam “Kamus Umum Bahasa Indonesia” toleransi adalah sikap/sifat menenggang berupa menghargai serta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. (Poerwodarminto, 1986: 184)

Dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli, bisa disimpulkan bahwa toleransi merupakan suatu sikap ataupun tingkah laku seseorang untuk memberikan kebebasan kepada orang lain atas apa yang mereka yakini. Hal ini merupakan hak setiap individu dan tidak ada yang salah dalam hal ini. Dikarenakan apa yang individu yakini maka individu akan bertanggung jawab dengan semuanya. Secara tak sadar, ini memiliki hubungan bagaimana individu membawa agamanya tanpa adanya pembeda.

Saat ini, toleransi beragama perlahan sudah mulai pudar (meskipun hanya beberapa). Jika dilihat secara ilmiah ataupun dilihat dari berbagai macam agama, pasti setiap agama memiliki pondasi kepada setiap individu. Setiap individu harus memiliki rasa toleransi. Dan ika sudah memiliki rasa toleransi pada semuanya, harus diasah lebih baik dari sebelumnya. Contohnya, dalam agama islam sudah dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Kaafirun (ayat 1-6), yang artinya : “Katakanlah (Muhammad): ‘Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah, untukmu agamamu, dan untukku agamaku”.

Begitu pula agama lain yang diwajibkan memiliki rasa toleransi kepada siapapun dan apapun agamanya. Toleransi beragama tidak memandang suku serta dimana tempat tinggal dan juga bagaimana keadaan ekonomi individu tersebut. Toleransi beragama harus sudah dikenalkan oleh para orang tua sejak dini. Dengan begitu, anak perlahan akan memiliki rasa toleransi. Bisa juga rasa tersebut muncul secara otomatis, ketika anak bersama siapapun. Ini terjadi, karena pembiasaan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Tak jarang juga, orang yang memiliki rasa toleransi yang baik akan memiliki tata krama yang baik juga. Ini sudah dibuktikan dalam buku “Pengembangan Tata Krama dalam Rangka Pembinaan Nilai Budaya” , karya Soehardi.

Rasa Toleransi muncul dari hati kedamaian akan terasa secara tidak langsung. Pada dasarnya damai merupakan fitrah manusia. Dimana, setiap individu diberikan rasa tersebut. Jika kedamaian ingin dipupuk lebih baik, ini bisa diasah dengan melalukan hal sederhana yang bisa membuat individu menjadi lebih damai. Terlebih jika individu merasa damai dalam persoalan perbedaan agama.

Perbedaan keyakinan antara individu satu dengan yang lain sudah tidak perlu diperdebatkan. Itu merupakan hal mutlak atas apa yang menjadi tanggung jawab individu tersebut. Saat ini yang dibutuhkan hanyalah adanya toleransi antara agama satu dengan yang lain. Jika toleransi kuat, individu akan ikut merasakan damai serta tenang hidupnya dalam beraktivitas sehari-hari. Tidak ada lagi hal yang memicu perseteruan antara individu dalam persoalan keyakinan agama.

Referensi

Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia al-Munawir (Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif, t.th.), 1098.

Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Umat Beragama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), 22.

W. J. S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 184.

(Visited 27 times, 1 visits today)