1,317 views

“LAMUNAN YANG KUBUANG”

Vita Yuliana*

Aku pernah menjadi bintang di antara kesunyian

Menyentuh jiwa-jiwa yang terbang tak beraturan

Di sana saat kau dan aku berada dalam satu pangkuan

Pangkuan yang berjalan menyusuri keindahan.

Bayangmu yang semu waktu itu memang tak kuhiraukan

Karena jelas bahwa waktu sudah mempersilahkanmu untuk bersanding di pelukan

Semua yang ter犀利士 lihat adalah tumpahan

Rindu yang sekarang menjadi beku, beku, dan beku . . . .

Meski badai telah menyeruku, aku masa bodoh dengan hal itu

Bahwa jelas aku bahagia bersanding denganmu

Siapapun harus memberi jalan padaku

Agar semua yang beku bisa mencair mencadi abu . . . .

Bintang yang dahulu aku idamkan

Sekarang telah berada dalam pelukan

Tanpa memikirkan kesunyian

Aku bertahan di gelapnya lamunan

Lamunan itu memberi pertanda bahwa

Kamu telah menjadi bagian dari jiwa ku

Waktu itu . . . .

Tapi, sekarang bintang yang bersinar dulu

Telah jatuh menjadi secerca batuan di lautan

Tak nampak dan menghilang

Terbawa ombak dan pudar

Saat aku tersadar

Bahwa aku pernah sedekat dekap

Yang kini sudah hilang tanpa rasa

Jemariku bergetar . . .

Saat kudapati ternyata kamu sudah menghilang

Lamunanku kini aku buang

Agar tidak menjadi kisah suram

Agar aku bisa menjadikan bulan pengganti bintang

Untuk mencapai sinar yang lebih terang

Supaya tajamnya belati tidak mengiris lemahnya hati

Supaya tersadar bahwa yang telah pergi tak akan datang kembali

Dan rintihan hujan akan berhenti

Saat kamu kuat menjalani.

Kediri, 25 Agustus 2019


*pemudi kelahiran kediri, 28 Juli 1999 baru menyukai puisi kemarin sore. Tentang hobi, sampai saat ini dia sendiri tidak tahu apa hobinya. Penulis saat ini sedang menempuh studi Sosiologi Agama di IAIN Kediri. Kicauannya terselip di akun twitt @vitayuliana13, Ig: vita_kuy, fb: vita kuy. Salam cinta.

sumber gambar: kompasiana.com

(Visited 1 times, 1 visits today)