1,383 views

MEREKA YANG “MEMBUNUH” TUHAN (5)

Mubaidi Sulaiman*

Agama merupakan sebuah pelarian neurotis dan infantil (kekanak-kanakan) dari realitas kehidupan yang dijalani oleh manusia. Manusia tidak berani menghadapi kenyataan kehidupan yang penuh dengan penderitaan, bencana alam, dan musibah-musibah lainnya, maka manusia lari kepada Tuhan yang tidak kelihatan dan imajiner. –Sigmund Freud–

PARA PEMBUNUH TUHAN GENERASI PERTAMA: SIGMUND FREUD (5)

Sigmund Freud (1858-1939) dikenal dengan sebutan “Bapak Psikoanalisis” karena teori-teori psikologinya yang meniliti permasalahan penyakit jiwa yang diderita oleh seseorang dan mencoba menawarkan sebuah metode penyembuhannya. Freud juga dikenal dengan “Bapak Psikologi Modern” karena memang dia yang mengawali penelitian tentang jiwa dengan cara yang berbeda dari para filosuf sebelumnya. Setelah Freud mendirikan sebuah bangunan keilmuan yang mandiri bernama psikologi, maka ia lepas dari satu kesatuan dengan filsafat.

Pada tahun 1895 bersama Breuer, Freud menerbitkan sebuah buku yang berisi tentang gejala-gejala neurosis seperti hysteria yang disebabkan oleh hal-hal bersifat psikologis bukan bersifat fisiologis seperti keyakinan para pakar kedokteran sebelumnya. Freud menawarkan metode penyembuhan dengan cara membuat percakapan dengan pasien secara terus-menerus tentang sebab hysteria tersebut. Dari sini lahirlah aliran psikol犀利士 ogi Freud yang bernama “Psikoanalisis”, dari perkembangannya ia menemukan faktor utama yang menyebabkan neurosis adalah Libido.

Pada Perang Dunia I perkembangan Psikoanalisis sangat terlambat dan cenderung terhambat. Namun, pada tahun 1920 perkembangan keilmuan psikoanalisis sangat pesat, tetapi dengan kemunculannya Nazisme maka pusat penilitian psikoanalisis pindah ke Amerika dan berlangsung hingga sekarang. Tetapi, Freud tetap tinggal di Wina hingga akhirnya Nazisme berhasil menguasai Wina pada tahun 1938 dan telah banyak membakar buku-buku Freud pada tahun 1933 yang disebabkan dia seorang keturunan Yahudi. Pada tanggal 4 Juni 1938 Freud meninggalkan wina setelah ia membayar uang tebusan dan berkat permohonan pengampunan Presiden Amerika Serikat T. Roosevelt kepada Nazi. Akhirnya pada tanggal 23 September 1939 Freud meninggal dunia di London karena penyakit kanker yang dideritanya sejak tahun 1923.

Mungkin Freud berbeda dengan Marx dalam beberapa hal tentang filsafatnya, namun mempunyai kesamaan bila berbicara tentang agama. Menurut Freud maupun Marx sama-sama terpengaruh oleh Feuerbach. Freud sama dengan kedua tokoh tersebut dalam hal pernyataannya yang mengatakan bahwa agama adalah proyeksi manusia karena kegagalan-kegagalan yang dialami olehnya karena tidak terpenuhi segala hasrat terpendamnya dalam menguasai  atas superioritas sang ayah yang menguasai hak-hak atas para wanita dalam keluarga. Kegagalan tersebut dipersepsikan oleh Freud sebagai gejala oudiepus kompleks hingga manusia lari kepada kekuatan-kekuatan adikodrati untuk menolongnya sebagai “obat penawar”.

Baca Juga: Mereka yang “Membunuh” Tuhan (3)

Baca Juga: Mereka yang “Membunuh” Tuhan (4)

Freud tidak pernah menanyakan tentang keberad犀利士 aan Tuhan, Freud dengan secara tegas bahwa Tuhan tidak ada dengan tidak mencantumkan alasan yang jelas dan mendasar. Tetapi yang menjadi pertanyaan Frued adalah mengapa ide tentang Tuhan begitu mempengaruhi kehidupan manusia, padahal entitas Tuhan tidak pernah ditemui dalam dunia empiris dan tidak bisa di buktikan dengan penginderaan ataupun instrument apapun. Pada akhirnya Freud memiliki pendapat bahwa agama hanyalah ilusi secara psikologis dan mengarahkan kepada delusi kenyataan hidup. Ini adalah kesadaran Eropa pada Abad Modern yang menganggap materi adalah hakikat yang sebenarnya.

Menurut Freud agama merupakan sebuah pelarian neurotis dan infantil (kekanak-kanakan) dari realitas kehidupan yang dijalani oleh manusia. Manusia tidak berani menghadapi kenyataan kehidupan yang penuh dengan penderitaan, bencana alam, dan musibah-musibah lainnya, maka manusia lari kepada Tuhan yang tidak kelihatan dan imajiner. Sikap yang penuh ketakutan di atas Freud menyebutnya dengan “neurosis kolektif “ dan “infantile” karena ciri-ciri yang diperlihatkan orang-orang beragama sama dengan orang-orang neurotis (yang mengidap penyakit neurosis). Dengan demikian, manusia bila ingin mampu menghilangkan kesulitan-kesulitan hidupnya tersebut, maka ia harus membebaskan dirinya dari neurosis kolektifnya tersebut dan bersikap dewasa dengan berani menghadapi kenyataan hidupnya.      

Sedangkan neurosis adalah kelakuan-kelakuan dan perasaan-perasaan yang aneh dalam arti tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi. Menurut Freud, neurosis bisa terjadi apabila orang bereaksi tidak benar atas suatu pengalaman yang amat emosional dan memalukan, sehingga yang paling urgen dari teori Freud tersebut adalah dari sikap neurosis kolektif dan infantil manusia yang mengarah kepada terciptanya agama adalah hidup manusia yang penuh dengan misteri, ketakutan dan penyesalan yang amat dalam pada diri manusia atas perbuatan-perbuatan yang salah di masa lalu serta tidak terpenuhinya keinginan-keinginannya atas kekuatan yang dimiliki totem, sehingga menjadikan petuah-petuah sang totem saat masih hidup sebagai hukum-hukum agama mereka.

Menurut Freud untuk menjadikan diri manusia dewasa atau lepas dari sikap infantilnya tersebut, maka manusia haruslah menganggap bahwa alam semesta ini seperti halnya manusia (Humanization Of Nature). Jadi, ketika kekuatan-kekuatan alam bisa dipersonifikasikan, maka kekuatan tersebut akan mudah dilunakkan atau ditundukkan, sehingga  manusia bisa terhindar dari bencana alam yang akan menimpa dirinya.

Menurut Freud agama telah mengajarkan pada manusia bahwa alam ini sebenarnya diciptakan oleh pencipta yang mirip dengan manusia, akan tetapi lebih agung dan lebih berkuasa dari pada manusia dalam beberapa hal. Pencipta tersebut digambar manusia sebagai Tuhan dalam agama-agama mereka dan Tuhan tersebut selalu diidentikkan dengan laki-laki bukannya perempuan. Dengan demikian, Tuhan laki-laki yang selalu menguasai Tuhan-Tuhan perempuan tersebut disebut “Bapak”. Sehingga, menurut Freud bahwa Tuhan bagi orang beragama sebenarnya benar-benar seorang bapak yang menciptakan dan melindungi layaknya dalam pandangan seorang anak kecil (odiepus komplek). Akan tetapi, si anak iri dengan apa yang dimiliki oleh sang bapak dan cenderung ingin merebut apa-apa yang dimiliki oleh sang bapak. Dalam pandangan agama Kristen menifestasi dari hal itu yaitu dengan tradisi ekaristi yaitu dengan melambangkan roti tawar sebagai danging Yesus dan anggur merah sebagai darah Yesus.

Fungsi agama sebagai ajaran moral manusia menurut Freud sama saja seperti seorang bapak mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu menjaga tingkah lakunya. Contohnya seperti bapak akan selalu mengajarkan hal-hal yang boleh dilakukan kepada anaknya sebagai sebuah pandangan itu yang terbaik bagi anaknya dan akan melarang anak-anaknya untuk tidak melakukan suatu tindakan bila dipandang tindakan tersebut merugikannya ataupun membahayakan anak-anaknya.

Jadi, orang beragama sebenarnya mirip sekali dengan hubungan antara anak dan bapak tersebut, si bapak akan selalu mencintai dan melindungi si anak, bila ia menurut kepada aturan-aturan si bapak. Dan si anak akan mendapat hukuman bila ia melanggar aturan-aturan tersebut. Hal ini sama dengan Tuhan dan manusia, Tuhan akan melindungi dan mencintai manusia yaitu dengan cara memberi pahala agar bisa masuk surga bila manusia tersebut mengikuti aturan Tuhan. Dan sebaliknya Tuhan akan menghukum manusia yaitu dengan mengganjarnya dengan dosa dan masuk neraka bila manusia tersebut tidak mengikuti aturan-aturan Tuhan.

Dengan demikian Agama menurut Freud bukan hanya menimbulkan penyakit neurosis kolektif saja kepada manusia, namun agama juga akan menimbulkan “delusional psychosis kolektif”. Di samping itu, agama hanya berfungsi sebagai masa transisi dari infantilisme manusia pada masa ini untuk menuju proses pendewasaan manusia. Dengan demikian, dalam pandangan Freud, neurosis kolektif dan infantilisme yang ia samakan dengan agama akan musnah seiring dengan proses pendewasaan manusia, maka fenomena agama hanya akan menjadi peninggalan agama


*Alumni IAIN Kediri Tahun 2013 dan Peneliti dalam Studi Islam.

sumber gambar: britannica.com

(Visited 1 times, 1 visits today)