1,617 views

Studium General Sosiologi Agama: Tipologi Muslim Mataraman dan Peta Gerakan Islam Radikal di Indonesia

Rabu, 18/11/2020 Program Studi Sosiologi Agama IAIN Kediri mengadakan Stadium General. Acara ini dikemas secara virtual via kanal zoom meeting dalam bentuk kerja sama antara dua perguruan tinggi yang berbeda yaitu IAIN Kediri berkolaborasi dengan IAIN Tulungagung. Tema yang diangkat adalah Tipologi Muslim Mataraman yang disampaikan oleh Akhol Firdaus, M.Pd sebagai Direktur Institute Javanese Islam Research (IJIR) IAIN Tulungagung selaku narasumber 1 dan tema kedua adalah Peta Gerakan Islam Radikal di Indonesia yang disampaikan oleh Budi Harianto, M.Hum., M.Fil.I sebagai Ketua Jurusan Sosiologi Agama IAIN Tulungagung selaku narasumber 2. Kegiatan ini diawali dengan keynote speaker yang disampaikan oleh Dr. Moh Asror Yusuf, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri dengan MC M. Syahrul Ulum, M.Sos. serta didampingi oleh moderator Gigih Wahyu Pratomo, M.A.

Tipologi Islam Mataraman

oleh Akhol Firdaus, M.Pd.

Peta Islam Radikal di Indonesia

oleh Budi Harianto, S.Hum., M.Fil.I.

Tipologi Islam dilihat dari pemikiran dan gerakan  mempunyai ciri:

  1. Islam radikal
  2. Islam moderat
  3. Islam liberal
  1. Radikalisme Era Awal

Jika dilihat dalam sejarahnya, karakteristik awal Islam radikal dapat ditemukan dalam dua kemungkinan besar. Pertama, akar radikalisme dalam Islam merujuk pada generasi awal Islam yaitu pada masa Nabi dan Sahabat yang dikenal dengan istilah al salaf al-shalih. di mana akar radikalisme pada masa ini dalam pola atau bentuk pelaksanaan agama yang berpegang pada prinsip dasar agama Islam mazhab salaf. Dengan kata lain, pelaksanaan keagamaan pada masalahlah praktek keagamaan yang sederhana sebab pada masa itu prakteknya langsung merujuk sepenuhnya kepada Nabi, Sahabat dan para Tabiin. Tentu saja praktek sederhana pada masa itu tidak terkait kuat dengan problem kondisi sosial masyarakat yang relatif sederhana jika dibanding dengan problem umat berikutnya yang sangat mengglobal.

Kedua, akar radikalisme terlihat dari adanya kaitan substansi dengan gerakan kelompok Khawarij yang muncul pada akhir pemerintahan Sahabat Ali bin Abi Tholib. Di mana pada awalnya mereka adalah pendukung setia Sahabat Ali Ibnu Abi Tholib yang memiliki prinsip radikal dan ekstrim, akhirnya menyatakan diri keluar dari barisan Sahabat Ali setelah selesainya keputusan sengketa dengan kelompok Muawiyah melalui jalan arbitrase. Dengan keputusan atau jalan abritase, Sahabat Ali telah dianggap tidak lagi mengikuti apa yang ada dalam Alquran.

2. Islam radikal era selanjutnya

Islam radikal dalam perkembangan berikutnya secara garis besar dapat dikelompokkan pula pada dua arus utama, pertama yaitu Islam radikal dengan merujuk pada model salafi termasuk gerakan wahabisme atau sunni yang mayoritas. Dalam model gerakan pertama ini banyak kalangan menyebut dengan kelompok salafi, sehingga dalam perjalanan gerakan ini menyerahkan kembali pada tradisi salaf dari dunia Islam, yakni terhitung setelah 400 tahun dari masa Nabi. Dengan demikian, salaf adalah periode dimana para ulama mazhab masuk dalam hitungan tahun tadi. Akan tetapi dalam perkembangannya tidak sedikit pula kelompok Islam radikal yang meski tidak masuk kategori pengikut ulama mazhab sebagaimana Wahabi tetap di afirmasi dan dikategorikan sebagai kelompok salaf atau salafi.

Model dalam kelompok pertama salafi, pertama kali dipelopori oleh pemikiran imam Ahmad Ibnu hambal pada abad ke IV H yang menentang pendekatan keislaman Mu’tazilah dan para rasionalis Muslim lainnya pada waktu itu. Namun, Imam Ibnu Hambal tidak masuk dari golongan Islam radikal awal. Karakternya kemudian dilanjutkan oleh Taqiy Al Din Ibn Taimiyah (1263 – 1328) pada abad ke VII. Dalam rentang perjalanan berikutnya gerakan ini kemudian dibakukan oleh Muhammad Ibnu Abd Wahab (1703 – 1792) pada abad ke XVII H.

Gerakan radikalisme dalam rentang waktu berikutnya terbentang di kawasan Timur Tengah. Di antara kelompok gerakan islam radikal yang cukup dikenal luas antara lain seperti Ikhwan Al-muslimin di Mesir yang didirikan Hassan al-Banna (1906-1949) dan Sayyid Qutb (1906-1965), yang bagi Ikhwan keduanya dijadikan sebagai ideologi bunda mentalist dalam gerakan Al Jihad dengan doktrin Al Tafkir wa Al hijrah, sedangkan di Pakistan gerakan islam radikal dipelopori abu A’la al Maududi (1903-1979) dengan nama organisasinya Jamaat Al Islami. kelompok Islam radikal yang terakhir dikenal luas umat Islam Indonesia selain masih banyak lagi yang lainnya adalah Hizb al-Tahrir (HT) di Yordania yang digagas oleh Taqiy Al Din Al Nabani yang mengilhami lahirnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan maraknya gerakan tuntutan penerapan syariat Islam dalam bentuk sistem khilafah Islam.

Sedangkan pada arus kedua, Islam radikal merujuk pada kaitan dengan keberhasilan revolusi Islam Iran tahun 1979 yang dipresentasikan kepada Khamaini atas kemenangannya terhadap syah Iran. Dengan semangat mengembalikan sistem kenegaraan berdasar pada masa Islam awal dan para Khalifah Ar Rasyidin, Khamaini dengan keras menolak sistem negara tiran yang tidak menerapkan sistem negara Islam.

  • Membaca Islam radikal di Indonesia

Secara definisi operasional dalam buku ilusi negara Islam menggunakan teori Islam dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu Islam fundamentalisme (transnasional atau garis keras) dan Islam moderat, masing-masing mempunyai ciri sebagai berikut:

  • Islam radikal (transnasional atau garis keras) : di klasifikasikan sebagai individu dan organisasi
  • 1. Individu Islam radikal (transnasional atau garis keras) adalah orang yang menganut pemutlakan atau absolutisme pemahaman agama, bersikap tidak toleran terhadap pandangan dan keyakinan yang berbeda, berperilaku atau menyetujui perilaku dan atau mendorong orang lain atau pemerintah berperilaku memaksakan pandangannya sendiri kepada orang lain, memusuhi dan membenci orang lain karena berbeda pandangan, mendukung pelanggaran oleh pemerintah dan atau pihak lain atas keberadaan pemahaman dan keyakinan agama yang berbeda, membenarkan kekerasan terhadap orang lain yang berbeda pemahaman dan keyakinan tersebut, menolak dasar negara Pancasila sebagai landasan hidup bersama bangsa Indonesia, dan atau menginginkan adanya dasar negara Islam, bentuk negara Islam ataupun khilafah islamiyah.
  • 2. Organisasi Islam radikal (transnasional atau garis keras) adalah kelompok yang merupakan himpunan individu-individu dengan karakteristik yang disebutkan di atas, ditambah dengan visi dan misi organisasi yang menunjukkan orientasi tidak toleran terhadap perbedaan, semua karakter ini ditunjukkan secara terbuka maupun tersembunyi.
  • Islam moderat : diklasifikasikan sebagai individu dan organisasi
  1. individu moderat adalah individu yang menerima dan menghargai pandangan dan keyakinan yang berbeda sebagai fitrah, tidak mau melaksanakan kebenaran yang diyakininya kepada orang lain, baik secara langsung atau melalui pemerintah, menolak cara-cara kekerasan atas nama agama dalam bentuk apapun, menolak berbagai bentuk larangan untuk menganut pandangan dan keyakinan yang berbeda sebagai bentuk kebebasan beragama yang dijamin oleh konstitusi negara kita, menerima dasar negara Pancasila sebagai landasan hidup bersama dan bentuk negara kesatuan republik Indonesia sebagai konsensus final dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang melindungi perbedaan dan keragaman yang ada di tanah air.
  2. organisasi moderat adalah kelompok yang memiliki karakteristik seperti yang tercermin dalam karakteristik individu moderat, ditambah dengan visi dan misi organisasi yang menerima dasar negara Pancasila sebagai landasan hidup bersama bangsa Indonesia dan bentuk negara kesatuan republik Indonesia sebagai konsensus nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
  1. Ikhwanul Muslimin

Persebarannya IM kurang lebih di 70 negara mulai dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara hingga Amerika Serikat dan Kanada. Hingga kini pusat jaringan di IK Mesir. Sifat jaringan sangat fleksibel dan setengah tertutup. Nama gerakan berbeda-beda di setiap negara. Meskipun demikian, semua disatukan oleh pemikiran dan metodologi Ikhwan. Kekuatan utama gerakan ini adalah pembentukan kelompok kelompok pengajian atau halaqah. Secara umum gerakan Ikhwan sekarang ini terbelah dalam dua arus besar, yaitu Ikhwan Tarbiyah dan Ikhwan Jihad.

Ikhwan versi tarbiyah merupakan Ikhwan versi resmi. Secara internasional dikendalikan oleh Mursyid Am ke-7 yaitu Muhammad Mahdi Akif. Ikhwan versi tarbiyah tidak terlalu radikal. Tujuan utamanya tetap yaitu membentuk Daulah Islamiyah. Namun cara yang ditempuh bersifat non kekerasan. Mereka dapat memanfaatkan instrumen demokrasi untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Kemenangan partai Ikhwan di Aljazair, FIS, menjadi momentum penting bahwa jalur tarbiyah, moderat dan parlementarian dapat menemukan efektifitasnya. Model tarbiyah kemudian diterima secara luas di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Model ini sekarang menjadi katup penyelamat penting, tatkala Ikhwan di hati sedang terkumpul di beberapa negara.

Jalur tarbiyah memasuki Indonesia pada dekade 1980-an. Tokoh penting yang mengusung jalur ini adalah Rahmat Abdullah dan Hilmi Aminuddin Hasan. Ada 3 jalur penting pengembangan Ikhwan tarbiyah di Indonesia. Yaitu kelompok usroh di kampus, alumni Timur Tengah, alumni LIPIA. Pertemuan tiga jalur inilah yang selanjutnya melahirkan partai X sekarang ini.

2. Johari (ikhwan dan salafi)

Mewabahnya gerakan jihadi dipicu oleh perang Afghanistan. Bahan baku utama gerakan ini terutama berasal dari gerakan Ikhwan sayap radikal dan salafi sayap radikal. Pemikir besarnya adalah Abdullah Azzam, Aiman Zawahiri, dan Syekh Abu Muhammad al-Maqdisi. Sedang operator utamanya adalah Usamah bin Laden (berbeda dalam nama dan bahasa, namun bersatu dalam bentuk dan tujuan muhtalilifah Al asma’ wa Al lughat muttahidah Al asykal wa Al aghrad. Pertemuan antara pengikut Ikhwan sayap radikal dan salafi radikal inilah yang menjadi tiang utama gerakan jihadi.

pertemuan antara pengikut Ikhwan sayap radikal dan salafi radikal inilah yang menjadi tiang utama gerakan jihadi. Pengikut gerakan ini sebagian besar adalah alumni

Afgan, Moro dan Chechnya. Bahan baku gerakan jihadi di Indonesia terutama berasal dari aktivis darul Islam faksi Abdullah Sungkar.

Dalam konteks recruitment dan pematangan jamaah jihad, Abdullah Sungkar dan Ba’asyir merupakan tokoh kunci. Basis pendukung gerakan jihadi umumnya masih didominasi pengikut DI, khususnya jaringan Pesantren Ngruki serta alumni Afgan dan Moro.

3. Hizbut Tahrir

Perbedaannya dengan ikhwan adalah penolakannya terhadap konsep demokrasi dan tekanannya terhadap paham kekhalifahan. Metode perjuangan ada tiga tahap, yaitu, kaderisasi, sosialisasi, dan merebut kekuasaan. Agenda utamanya adalah mewujudkan proyek kekhalifahan dunia. Pusat jaringan kemungkinan berada di the west bank dan kini dikendalikan oleh Abu Rasta. Wilayah pengembangan utama Hizbut Tahrir adalah negara-negara Asia Tengah seperti Usbekistan, Tajikistan dan Kazakhstan. Hizbut Tahrir juga kuat di Asia Selatan, terutama Bangladesh dan Pakistan.

4. Hizbut Tahrir Indonesia

Gerakan Hizbut Tahrir di Indonesia berawal dari para aktivis masjid di kampus masjid Al Ghifari, IPB Bogor. kemudian dibentuk halaqah-halaqah atau pengajian-pengajian kecil untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan Hizbut Tahrir. Sebuah konferensi internasional soal Khilafah Islamiyah digelar di Istora Senayan pada 2002. Konferensi juga menandai lahirnya organisasi Hizbut Tahrir di Indonesia. Organisasi ini langsung memproklamirkan diri sebagai partai politik yang berideologi Islam, namun menolak bergabung dengan sistem politik yang ada. Penolakan ini merupakan bentuk baku dari Hizbut Tahrir Internasional. Dalam pengembangannya sasaran dakwah Hizbut Tahrir adalah masjid masjid jami di kabupaten.

5. Salafi Dakwah

Gerakan salafi dakwah merupakan bagian dari paham Wahabi. Gerakan ini untuk membendung pengaruh Ikhwanul Muslimin, Syiah, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh dan aliran lainnya. gerakan ini berkembang secara internasional melalui jaringan guru murid ulama ulama Wahabi dan dukungan dana pemerintah Arab Saudi. Tokoh sentral gerakan ini adalah bin Jazz, Nashiruddin Albani dan Syekh Mugbil. Pendekatannya yaitu tekstual, kemurnian aqidah dan politik.

Gerakan Salafi baru muncul di Indonesia pada awal dekade 1980-an. Alumni Lipia angkatan pertama kini menjadi tokoh terkemuka di kalangan salafi. Generasi pertama Lipia tersebut sangat anti terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh dan Darul Islam. Di Indonesia sendiri banyak sekali kalangan salafi termasuk sururiyah atau yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kalangan salafi puritan. Oleh karena modus pengembangan berbasis pesantren, maka gerakan salafi di Indonesia umumnya bertabrakan langsung dengan konstituen NU. meskipun secara teoritis dapat seiring dengan persis namun dalam kenyataannya salafi cenderung mengambil jarak dengan Persis. Salafi juga mengambil sikap konfrontatif dengan Ikhwan, Syiah maupun Jamaah Tabligh

6. Syiah

Secara kultural, Syiah telah masuk ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan Islam ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan dakwah dalam bentuknya yang taqiyah. Setelah terjadi revolusi Islam Iran (1979), pada awal gerakannya bersifat intelektual, namun sejak kehadiran alumnus Qum gerakan Syiah mulai mengembangkan fiqh Syiah, sehingga munculnya lembaga-lembaga Syiah. Syiah di Indonesia ada dua corak yaitu :

  1. Syiah politik, untuk membentuk negara Islam (para pengikut ide-ide politik dan intelektual Syiah)
  2. Syiah non politik, untuk membentuk masyarakat Syiah (para pengikut fiqih Syiah)

Syiah mengalami perselisihan namun tidak mengarah kepada perpecahan karena saling melengkapi. kubu pertama adalah LKAB atau Lembaga Komunikasi Ahlul Bait yang merupakan wadah para alumni Al Qum. Kubu ini dimotori oleh ICC Jakarta yang merupakan perpanjangan tangan Pemerintah Republik Islam Iran. LKAB membawa Yayasan Al Muntazar, Fatimah Aqilah, Ar Rodiyah, Mula Sadra, an Nawi, Al kubro, Al Washilah, MT Ar Riyahi dan gerakan Dakwah Al-Husaini. LKAB berkantor di Jalan Bintaro Kodam grand Bintaro Jakarta Selatan.

Kubu kedua dipegang oleh ijabi. Dalam kubu ini metode taqiyah kurang disenangi. Sebaliknya ijabi tampak lebih pluralis. Hal ini terlihat dari beberapa tokoh sunni yang menjadi pengikut ijabi. Kiblat ijabi bukanlah ke Iran, melainkan Marja

Lebanon di bawah pimpinan Ayotalloh Sayyid Muhammad Husein Fadlalloh. Tokoh utama di Indonesia adalah Dr Jalaludin Rahmat.

Para pengikut Syiah keturunan Arab melakukan gerakan dengan bertaqiyah (sikap menyembunyikan diri), tidak mau berterus terang mengakui sebagai pengikut Syiah, secara dhohir mereka tampil sebagai orang Syafi’i, seperti Habib Ali Baagil, Habib Husein Al Habsyi (Presiden Ikhwanul Muslimin Indonesia), Abdullah Assegaf (Ikatan Persatuan Ahlul-Bait Indonesia), Habib Sholeh Alaydrus (Majelis Dzikir Nurul Khairat), dll.

Jaringan Syiah di Jawa Timur berpusat di ponpes YAPI Bangil pimpinan ustadz Husein Al Habsyi, sedangkan jaringan Syiah di Jawa Tengah berpusat di Ponpes Al Hadi Pekalongan pimpinan Ahmad Baraqbah dan Toha Musawa. Di Yogyakarta berpusat di yayasan Roushan fikr yang dipimpin oleh Sofwan (kader Syi’ah radikal).

7. Jamaah tabligh

  • a politik
  • gabungan antara wahabisme dan sufisme
  • jamaah tabligh di Indonesia mempunyai anggota yang cukup banyak. Anggota jamaah tabligh di Indonesia sangat bervariasi mulai dari artis seperti Gito Rollies sampai dengan tentara, kalangan profesional dll.
  • sasaransasaran utama pengembangan jamaah tabligh umumnya kalangan perkotaan terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan ada minat terhadap sufisme
  • sebanyak 20000 anggota jamaah tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Indonesia
  • gerakannya tidak radikal

Banyak motif adanya Mengapa radikalisme lahir dalam dinamika agama-agama dunia. begitu juga Islam dalam sejarahnya selalu mendapat perlakuan istimewa para pemeluknya dalam merawat kemurniannya dalam dari dirinya sendiri. khawarij dan kelompok sunni sebagian kecil yang mewujudkan dalam gerakan Wahabi menghendaki Islam terjaga orisinalitasnya dengan cara memberantas keyakinan yang dianggap telah menyimpang dari Islam murni. Dengan cara atau sikap intoleran, keras tanpa kenal kompromi, dalam mengubah orang lain dan lingkungan. Ikhwan Al muslimin, Jamaah Al Islami, Hizbut Tahrir adalah organisasi umat yang menginginkan Syariah Islam dapat diimplementasikan dalam sebuah wadah besar negara Islam, dengan mengacu pada pengalaman sistem khilafah Islam.

Begitu pula Syiah yang dipresentasikan oleh imam Khamaini dengan kemauan kuatnya untuk mendirikan negara Islam dalam bentuk keimamahan. Sebab sebagai jawaban atau solusi bagi umat Islam khususnya tidak ada lain selain Islam itu sendiri. Islam radikal seperti gerakan yang dimotori Khamaini adalah dengan terbentuknya negara Islam, Dalam praktiknya sangat keras terhadap orang lain yang tidak setuju atau melakukan serangan kritik terhadapnya. Begitu pula di Indonesia dengan munculnya organisasi-organisasi Islam yang menginginkan NKRI menjadi negara Islam merupakan fenomena gerakan islam radikal di Indonesia.

(Visited 1 times, 1 visits today)