Khorik Saifulloh*
Iblis tertawa mendengar perkataan Buhairah, “Kau bilang ketergelinciran Adam dan dosanya karena hasutanku? Lantas atas hasutan siapa aku melakukan hal tersebut? Aku menyembah Allah selama 700 ribu tahun! Tak ada tempat di langit dan bumi di mana aku tak menyembah-Nya. Sama sekali tak pantas bagimu untuk berkata seperti itu kepada sesama pemuja Allah.”
–Khorik Saifulloh–
Apa yang hendak dikatakan para orang dewasa kepada anak dan cucu mereka yang masih kecil mengenai iblis? Akankah para orang dewasa itu berkata bahwa iblis adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling setia kepada tuannya atau berkata bahwa iblis adalah makhluk yang amat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia bahwa iblis adalah monster yang buruk rupa sehingga wajahnya pun tak layak untuk dipandang atau bahkan iblis adalah segala malapetaka sejak Adam diciptakan sehingga kita yang seharusnya sekarang berada di surga harus terlebih dahulu kerepotan untuk banyak diuji di dunia oleh Tuhan?
Barangkali cerita berkonotasi buruk mengenai iblis adalah hal yang paling subur dikatakan para orang tua kepada anak dan cucu mereka, pun kepada kita semua. Nyaris tak ada sedikit pun ucapan atau narasi yang mencitrakan bahwa iblis adalah juga salah satu ciptaan Tuhan yang paling Tuhan kasihi. Mau seberapa banyak apapun citra iblis dibangun ulang kiranya mendengar bahwa iblis tidak berkonotasi buruk adalah keniscayaan yang utopis.
Tapi benarkah demikian? Apakah benar cerita mengenai iblis yang diceritakan para orang dewasa demikian akurat, apakah benar bahwa iblis adalah makhluk yang amat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia bahwa iblis adalah monster yang buruk rupa sehingga wajahnya pun tak layak untuk dipandang dan juga iblis adalah segala malapetaka sejak Adam diciptakan sebab menolak perintah Allah bersujud di hadapan Adam?
Lantas jika benar demikian, kemungkinan kehendak bebas di hadapan kemahakuasaan Tuhan akan tidak berlaku, bukan? sebab bagaimana mungkin sesuatu itu dapat terjadi jika semua itu sudah menjadi kehendak-Nya, maka bagaimana mungkin pula makhluk (iblis) dapat disalahkan karena dosa-dosanya ?
Dikisahkan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah selang tahun demi tahun pencarian dan penantiannya untuk menemukan Nabi terakhir yang diutus membawa ajaran agama Islam, tanda-tanda kenabian yang ia dapat dari buku-buku dan kitab-kitab akhirnya membawa angin segar. Bertemulah Buhairah dengan Nabi Muhammad tatkala beliau sedang bersama rombongan kafilah dagang Suku Quraisy. Dari pertemuan tersebut diajaklah Buhairah menaiki buraq bersama Rasulullah, melawati malam yang sunyi, malam yang hanya penuh gemerlap bintang dan cahaya rembulan. Kemudian Rasulullah saw meninggalkan Buhairah di sebuah mata air dan aliran sungai yang rasanya manis. Di tempat itu pula Buhairah melihat seseorang dengan bentuk tubuh tak karuan, dengan jubah darwis (sufi), ditutupi wajahnya dengan tangan serta bercucur air mata darah dari sela-sela tangannya.
Buhairah berkata, “Maha Besar Allah dengan segala ke-Esa-annya, kiranya Rasulullah menuntunku kemari untuk melihat ke-Esa-annya bahwa seperti inilah gambaran makhluk yang mencintai-Nya, tapi mengapa jika memang ia sedang memuja kebesaran-Nya mengapa ia menutup wajahnya dengan kedua tangan?”
Tatkala ia mendekat untuk bisa melihat darwis itu lebih jelas, terdengarlah suara langkah kaki Buhairah di telinga darwis. Darwis bangkit dengan menampakkan kedua sayap di pundaknya yang mengembang begitu besar. Melihat hal tersebut Buhairah terperangah dan terperosok, lisannya mengutuk darwis yang ternyata iblis tersebut. “Aku mengutuk ia yang terkutuk, tak peduli apapun situasinya sebab engkau jugalah kami (manusia) harus berada di bumi yang mana seharusnya berada di surga. Ketergelinciran Adam adalah akibat hasutanmu, kau adalah monster penyebab segala malapetaka, kau adalah makhluk yang sombong.”
Iblis tertawa mendengar perkataan Buhairah, “Kau bilang ketergelinciran Adam dan dosanya karena hasutanku? Lantas atas hasutan siapa aku melakukan hal tersebut? Aku menyembah Allah selama 700 ribu tahun! Tak ada tempat di langit dan bumi di mana aku tak menyembah-Nya. Sama sekali tak pantas bagimu untuk berkata seperti itu kepada sesama pemuja Allah.”
“Kalau begitu bertaubatlah wahai iblis, patuhi perintah Allah, sujudlah engkau pada Adam!”
“Bagaimana mungkin aku memohon ampun jika lantaran aku mematuhi perintah dan keinginan Allah? Aku tak mungkin menyembah selain Allah sebab ketahuilah memang itulah perintah Allah yang sesungguhnya. Pembuangan ini adalah sebagai ujian dari-Nya untuk melihat apakah aku bersungguh-sungguh mencintai-Nya, untuk melihat apakah aku akan melanggar sumpahku dan berganti memuja seorang berhala. Lihatlah baik-baik wahai Buhairah, di balik jubah kemurkaan-Nya dan temukan bentuk sejati dari cinta-Nya. Lihatlah di balik besarnya gunung kutukan-Nya serta selami permata kasih sayang dan ampunan-Nya.”
Buhairah berkata, “Jika memang cinta dan segala pengabdianmu adalah hal yang benar-benar sejati, mana mungkin Dia tega merusak wujudmu serta melemparkanmu keluar dari surga?”
Iblis berkata “Cintaku dan segala pengorbananku tak pernah luntur sejak aku berdiri di hadapan-Nya. Kau sendiri wahai Buhairah kapan kau pernah bersama-Nya? Kau saja memandang matahari memalingkan wajahmu, apalagi saat terik kau bahkan merasa tersakiti sebab terik matahari itu. Sedangkan aku, dalam keadaan buta pun masih kulihat kehadiran-Nya. Janganlah tertipu sebab penampilan luar yang terlihat buruk, mengabaikan kesejatian-kesejatian batin bisa membahayakan mereka yang ingin memahami makna ke-Esa-an Ilahiah. Ketahuilah Buhairah bahwa sebenarnya aku melakukan apa yang sebenarnya Dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan Allah. Mau bagaimana lagi? Tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya. Aku bukanlah tuan bagi keinginanku, sudah pasti akan kujaga kedekatanku dengan-Nya dari melakukan kesalahan konyol seperti itu. Jangan tuding aku sebagai sumber penderitaan manusia. Justru manusialah yang merupakan sumber malapetaka bagiku. Karena Adam-lah aku dikutuk. Karena dosa-dosanya pula aku dibuang. Sementara tuduhanku semuanya nyata, hanya tak rela sujud di hadapan Adam aku dilaknat. Kau tahu, di surga, kekasihku tega mencelakaiku karena aku tak sanggup meninggalkan-Nya. Bahkan para malaikat berkata, ‘Iblis adalah yang pertama kali tunduk pada Allah, karena tiada yang mencintai Allah daripada dia’. Tapi Dia umumkan ketidakpatuhanku agar umat manusia memahami kekuasaan-Nya. Saat dia memberitahukan aku untuk sujud di hadapan Adam, Dia berbisik di dalam dadaku, ‘Pergilah dan ingatkan mereka tentang Aku !’ Jadi, Dia sendirilah yang memilihku untuk memberontak, bukan aku. Kutetapkan hatiku bagi-Nya sejak Dia menciptakanku sampai detik ini. Aku diciptakan untuk menyembah-Nya. Sama sekali tak ada pilihan buatku dalam hal ini. Katakan padaku, di manakah di antara kekuasaan-Nya yang agung, pilihan itu pernah Dia bebaskan bagiku ?”
Buhairah berkata “Dasar pembohong! Bagaimana mungkin aku mempercayai mahkluk sepertimu”
“Sungguh, demi melaksanakan tugas ini, tentu saja aku terima beban kutukan dan laknat-Nya. Malah bagiku sebenarnya bukan kutukan bagi mereka yang melihat dengan kedalaman dan kebeningan hati. Biar saja kutukan-Nya bertahan melampui keabadian, biarkan kutukan itu diperpanjang melebihi ribuan tahun pengabdianku. Biarlah matanya memandangku entah dengan cinta atau kemurkaan. Tapi ketahuilah sesungguhnya Dia telah mengistimewakan aku. Ketika aku menolak sujud di hadapan Adam, Dia berkata “Mari kita pura-pura bertengkar agar mereka yang membenci-Ku menampakkan dirinya melalui kau serta dengan ini terimalah mahkota kutukan-Ku.”
Terlepas dari judul tulisan ini yang sedikit provokatif, tulisan ini tidak mempunyai tujuan lain selain menjadikan para pembaca sadar bahwa begitu besar dan tak terbatasnya kekuasaan Allah, lebih jauh lagi bahwa semoga dengan tulisan ini hati senantiasa dilimpahi ketetapan iman, iman, dan iman, dengan itu tatkala melihat dan menjalani berbagai realitas kehidupan Allah senantiasa membersamai.
sumber gambar: bintangpadjajaran.wordpress.com