*Khaerul Umam[1]
Allahu Akbar 9x wa lillahil hamdu
Innalhamda lillah, solatan wa salaman ‘ala rosulillah, sayyidina Muhammad ibni ‘Abdillah wa ‘ala aalihi wa ashhabihi wa man walah.
Asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuluhu alladzi laa nabiya ba’dah
Allahumma sholli wa sallim ‘alaa rosulillah Muhammadinil mustofaa wa ‘ala aalihi wa ashabisi wa man tabi’ahum biihsanin ila yaumil qiyamah, amma ba’dah
Fa yaa ayyuhal muslimuun, ushiikum wa iyya ya bitaqwallah, fa qod faazal muttaquun, wa laa tamuutunna illa wa natum muslimuun.
Qoolallahu ta’ala fi kitabihil karim wa huwa asdaqul qoo’iliin, a’udzubillahi minasy syaithonirrsojiim bismillahirrohmaanirrohim, wa saari’uu ila maghfiroti robbikum wa jannatin ardluhassamaawaati wal ardh u’iddat lil muttaqiin, alladziina yungfiquuna fissarrooi wadldlorroo’i, walkaadzimiinal ghoydzi wal ‘aafiina ‘aninnaas wallaahu yuhibbul muhsinin.
Shodaqollahul ‘adzim
Kaum muslimin jamaah shalat idul fitri rahimakumullah
Pertama-tama marilah kita senantiasa melantunkan pujian serta rasa syukur kita kepada Allah Swt. Atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya, meski di tengah wabah virus corona, kita semua diperjalankan oleh Allah menuju masjid yang penuh berkah ini.
Untaian shalawat serta salam, semoga selalu kita sanjungkan ke hadirat junjungan kita nabiyina, wa syafi’ina wa karimina, wa maulana, Muhamman, beserta keluarga, Sahabat, Pengikutnya dan sampai kepada kita selaku umatnya.
Sebelum khotib menyampaikan wahsiat khutbah pada hari hari yang mulia ini, izinkan khotib mengingatkan khususunya bagi diri khotib dan umumnya bagi kita semua, untuk senantiasa berusaha sekuat tenaga meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Karena taqwa adalah sebaik-baiknya bekal saat kita di akhirat nanti.
Allahu Akbar 3x wa lillahilhamdu…
Hadirin yang dirahmati Allah, hari ini adalah hari mulia, karena hari ini adalah hari kemenangan bagi umat Islam, yang selama satu bulan sukses menjalani latihan yang diberikan Allah, yakni ibadah puasa. Ibadah puasa adalah ibadah yang istimewa, karena ibadah tersebut spaesial diminta Allah kepada kita, Nabi bersabda, kullu amalin ibnu adam lahu, illa ashiyam, fainnahu lii wa ana ajzi bihi.
Maka wajar bagi kita yang telah melaksanakan ibadah puasa, Allah sungguh-sungguh mencintai kita, sehingga wajar bagi orang yang berpuasa akan diberi predikat yang paling tinggi yakni Takwa. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 182, Yaa ayyuhalladziina Aamanuu kutiba ‘alaikumushshiyaamu kamaa kutiba ‘alalladziina ming qoblikum la’allakum tattaquun. Puasa yang sukses akan membentuk ketakwaan.
Hadirin yang dirahmati Allah, kita patut yakin bahwa kita yang telah menyelesaikan puasa selama satu bulan telah sukses menjalankan perintah Alah. Keyakinan tersebut penting agar kita marasa bahagia di hari idul firti ini. Dari akar katanya idul fitri, ied artinya hari raya, fithri adalah makan. Kata fitri sebagaiana doa berbuka puasa, wa ‘ala rizqika afthortu, atas rizki yang Engkau limpahkan aku makan (berbuka). Jadi idul fitri adalah hari raya yang membahagiakan karena Allah mengizinkan kita makan kembali setelah diperintahkan sebulan untuk menahannya.
Bergembira atas ajaran agama merupakan syi’ar agama itu sendiri. Semua harus gembira yang berpunya memberi makan yang kekurangan dengan zakat firthrahnya, yakni pembersihan diri dengan memberi makan orang lain yang kekurangan. Inilah indahnya ajaran Islam.
Allahu Akbar 3x Allahu akbar wa lillahil hamdu
Meski demikikan kita harus waspada pada momen kegembiraan ini, karena hakikat puasa adalah penggemblengan kita selama satu bulan agar kita mampu menjadi pribadi yang bertakwa pada 11 bulan berikutnya.
Takwa itu bukan seperti piala, setelah menang kita merayakan sehari penuh, lalu esok dan seterusnya kita melupakan, Takwa sesungguhnya ibarat pakaian yang paling baik bagi badan kita, yang harganya mahal. Saat kita sanggup mengumpulkan uang dan membelinya, pakain tersebut selalu kita kenakan untuk memperindah diri kita. Pakaian takwa adalah sikap yang harus ada pada diri kita Allah berfirman dalam Q.S Ali Imron ayat 133-134, wa saari’uu ila maghfiroti robbikum wa jannatin ardluhassamaawaati wal ardh u’iddat lil muttaqiin, alladziina yungfiquuna fissarrooi wadldlorroo’i, walkaadzimiinal ghoydzi wal ‘aafiina ‘aninnaas wallaahu yuhibbul muhsinin.
Dari ayat tersebut ada 5 ciri orang yang sanggup mengenakan pakaian takwa dan mendapatkan surganya Allah:
Pertama, Mereka yang selalu bersegara memohon ampunan kepada Allah kapan dan dimanapun. Kedua, Mereka yang mendermakan hartanya baik dalam keadaan lapang maupun susah. Ketiga, Orang yang menjaga amarahnya Keempat, Orang yang memaafkan kesalahan saudaranya. Kelima, Orang-orang yang selalu berbuat baik. Jadi pakaian taqwa dapat tercermin dari sikap kita sehari-hari.
Hadirin yang dirahmati Allah
Sebagaimana kita alami, puasa kali ini berbeda dengan puasa-puasa di tahun sebelumnya. Yang membedakannya adalah situasi pandemi wabah virus yang sedang melanda bangsa kita dan juga warga dunia. Bagi sebagian kalangan hal ini membuat kahidupan mareka menjadi benar-benar baru, istilah kerennya new normal.
Hubungan sosial di batasi, protokol kesehatan harus selalu diikuti, hingga berubahnya kalkulasi ekonomi yang terdampak dari kondisi wabah ini. Terlebih di saat puasa, alih-alih kita berkhusyu’ diri menjalankan ibadah2nya, keberadaan wabah ini menambah berat ibadah kita.
Maka jika diibaratkan jika puasa adalah upaya kita membeli pakaian yang bagus, maka kondisi wabah diibaratkan dengan hujan badai yang menyulitkan kita memperoleh baju tersebut.
Namun beruntunglah bagi kita yang sanggup melewati keduanya dengan sukses. Ada dua piala yang kita dapatkan yakni pahala puasa dan pahala kesabaran dalam menghadapi situasi baru akibat wabah ini.
Menghadapi wabah yang tak kelihatan bentuknya namun nyata akibatnya merupakan sesuatu yang menyulitkan, banyak di antara saudara kita yang stress menghadapi fenomena ini, aturan menjaga jarak sosial, PSBB dll, membuat sebagian masyarakat kesulitan menghadapinya, alih-alih orang meninggal karena virus corona, mereka meninggal karena kakhawatiran-kekhawatiran yang muncul akibat perubahan hidup tersebut.
Namun bagi orang bepuasa, latihan menahan diri dari tidak makan selama sehari menciptakan kesabaran yang tinggi. Sebagai mana firman Allah kesabaran merupakan senjata ampuh bagi umat Islam agar selalu siap dalam menghadapi berbagai musibah. Q.S. Al-Baqoroh 155-156, menyebutkan, walanabluwannakum bisyai’in minal khoufi wal juu’i wa naqsim minal amwali wal angfusi was tsamarot, wabasysyirishshoobirina alladzi idzaa ashoobathum mushibatung qooluu inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun. Sungguh pasti akan aku uji kalian dengan kejadian rasa takut, rasa lapar, kekurangan harta/kemiskinan, kekurangan jiwa/sakit/mati, dan buah-buahan (sawah kenang wereng, teklik). Dan berilah kabar gembira bagi orang yang bersabar, yaitu jika ditimpa mushibah, ia berkata sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan sesunnguhnya Allah tempat kembali kita.
Hidup, mati, kekayaan, harta, mushibah segalanya milik Allah, dari Allah. tugas kita dengan akal fikiran kita berusaha mengambil hikmah atasnya untuk menembus ingatan kita kepada Allah. …robbana maa kholaqta hadza bathila , Tuhan kami, tidak ada yang sia-sia (dari ciptaanmu)(Ali Imron: 191)
Melalui virus corona, Allah rindu kepada kita. Saat Allah mensyariatkan solat yang 5 kali sehari. Banyak dari kita tidak melaksanaknnya, sebagian tidak menyempurnakannya, bagi yang mengerjakannya hanya sebatas gerak namun melupakan-Nya saat solat.
Mungkin dengan wabah ini, Allah ingin diingat dengan caranya. Dalam sebuah hadis qudsi, Kuntu kanzan makhfiyyan, fa arodtu an u’rifa fa kholaqtul kholqo, Aku adalah rahasia tersembunyi, aku ingin dikenal, maka Aku membuat ciptaan. Jadi hakikat penciptaan (juga musibah) adalah agar semua makhluk mengenal dan mengingatnya.
Allah saat ini sedang nyiyir kepada kita, di mana saat ilmu pengetahuan dan teknologi sedang mencapai puncak kemajuannya yang sangat canggih, mereka tidak sanggup memberi solusi bagi penyelesaian wabah virus, korban di mana-mana, menembus jutaan orang, sementara vaksin tak kunjung ditemukan.
Saat kemampuan manusia yang dianggap hebat tidak berlaku, di sinilah Allah sedang mengetuk pintu hati kita, bahwa tak ada yang lebih hebat dari Allah. Segalanya milik Allah dan Allah lah tempat kembali yang sejati. Bukan yang lain.
Bagi manusia yang bertakwa peristiwa apapun yang menimpa dirinya akan menghantarkannya untuk selalu ingat Allah, dzikrullah. Rabbanaa maa kholaqta hadza baathilang subhaanaka faqinaa ‘adzaabannaar. Tuhan kami tidak ada yang sia sia dari setiap ciptaanmu, mahasuci engkau jaukanlah kami dari siksa api neraka.
Maka tidak ada artinya bagi orang yang bertakwa bersedih, karena orang yang bertakwa pasti menjadi kekasih Allah, Allah berfirman, Inna awliya Allahi laa khoufun ‘alaihim wa lahum laa yahzanuun (Q.S. Yunus/10: 62), sesungguhnya para kekasih Allah itu tidak ada dalam dirinya rasa takut pada dunia dan rasa sedih ditinggalkan dunia. Karena hakikatnya adalah yang selalu bersama dia adalah Allah Swt. Kematian hanya fase untuk memasuki kehidupan yang lebih abadi, akhirat.
Jadi hakikat puasa, ujian wabah, kemiskinan, gagal panen dan segala ujian dalam hidup lainnya adalah sebagai upaya Allah membentuk pribadi kita menjadi manusia yang bertaqwa.
Semoga melalui ramadlan dan segala ujian yang telah menimpa, membuat kita menjadi pribadi yang bertakwa. Memiliki kesalehan individual tinggi dan berimplikasi pada kesalehan sosial.
Ja’alallahu lii wa iyyakum, minal a’idziinal faaiziin. Mohon maaf lahir dan bathin.
[1] Khaerul Umam adalah Sekprodi Sosiologi Agama IAIN Kediri