Vita Yuliana*
Aku pernah menjadi bintang di antara kesunyian
Menyentuh jiwa-jiwa yang terbang tak beraturan
Di sana saat kau dan aku berada dalam satu pangkuan
Pangkuan yang berjalan menyusuri keindahan.
…
Bayangmu yang semu waktu itu memang tak kuhiraukan
Karena jelas bahwa waktu sudah mempersilahkanmu untuk bersanding di pelukan
Semua yang ter犀利士 lihat adalah tumpahan
Rindu yang sekarang menjadi beku, beku, dan beku . . . .
…
Meski badai telah menyeruku, aku masa bodoh dengan hal itu
Bahwa jelas aku bahagia bersanding denganmu
Siapapun harus memberi jalan padaku
Agar semua yang beku bisa mencair mencadi abu . . . .
…
Bintang yang dahulu aku idamkan
Sekarang telah berada dalam pelukan
Tanpa memikirkan kesunyian
Aku bertahan di gelapnya lamunan
…
Lamunan itu memberi pertanda bahwa
Kamu telah menjadi bagian dari jiwa ku
Waktu itu . . . .
Tapi, sekarang bintang yang bersinar dulu
Telah jatuh menjadi secerca batuan di lautan
Tak nampak dan menghilang
Terbawa ombak dan pudar
…
Saat aku tersadar
Bahwa aku pernah sedekat dekap
Yang kini sudah hilang tanpa rasa
Jemariku bergetar . . .
Saat kudapati ternyata kamu sudah menghilang
…
Lamunanku kini aku buang
Agar tidak menjadi kisah suram
Agar aku bisa menjadikan bulan pengganti bintang
Untuk mencapai sinar yang lebih terang
…
Supaya tajamnya belati tidak mengiris lemahnya hati
Supaya tersadar bahwa yang telah pergi tak akan datang kembali
Dan rintihan hujan akan berhenti
Saat kamu kuat menjalani.
…
Kediri, 25 Agustus 2019
*pemudi kelahiran kediri, 28 Juli 1999 baru menyukai puisi kemarin sore. Tentang hobi, sampai saat ini dia sendiri tidak tahu apa hobinya. Penulis saat ini sedang menempuh studi Sosiologi Agama di IAIN Kediri. Kicauannya terselip di akun twitt @vitayuliana13, Ig: vita_kuy, fb: vita kuy. Salam cinta.
sumber gambar: kompasiana.com