Mubaidi Sulaiman*
Pemikiran-pemikiran seperti Hume, Comte, Freud, Feuerbach, Marx, dan Nietzsche yang selalu berpikir materi yang bisa diinvestigasi dengan indra, diverifikasi, dan dideskripsikan hanyalah penjelmaan pemikiran kuno Eropa yang hidup kembali di Abad Modern.
-Mubaidi Sulaiman-
CATATAN KRITIS TERHADAP PARA PEMBUNUH TUHAN GENERASI PERTAMA (7)
Dalam mengkritik pemikiran-pemikiran kaum atheis sebelumnya (Hume, Comte, Feuerbach, Marx, Freud, dan Nietzsche) di sini akan digunakan dengan cara-cara filsafat barat menjawabnya tanpa bermaksud membuat hal-hal di atas absurd untuk dikaji. Kritik pertama yaitu, kaum atheis di atas pada dasarnya memanifestasikan kesadaran Eropa pada Abad Pencerahan antara tahun 16 M dan 17 M di mana padangan Eropa pada waktu itu menemukan karakter asli pemikiran mereka yaitu berpikir tentang materi. Kesadaran pemikiran ini dimulai oleh Francis Bacon dan diolah oleh David Hume menjadi naturalismenya, Auguste Comte menjadi positivisme, Feuerbach dan Marx menjadi materialiasme, Freud menjadi psikoanalisis, dan Nietzsche menjadi eksistensialisme yang pada akhirnya semuanya menjadi alat penentang terhadap pemikiran tentang keberadaan Tuhan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran Eropa sebelum Kristianitas yang konotasinya agama timur datang, corak pemikiran Eropa sudah berpikir materi. Dan pemikiran tentang materi ini berlanjut hingga masa Kristianitas menguasai Eropa pada abad awal masehi hingga Renaissance, walaupun dengan intensitas kecil karena pemikiran yang bersifat materi ini dibalut dengan baju agama Kristen yaitu menggunakan filsafat Aristoteles dan Plato sebagai dogma agama. Hal ini menunjukan sebenarnya masyarakat Eropa tidak pernah ter-Kristen-kan, akan tetapi yang terjadi sebaliknya Kristenlah yang menjadi Eropais.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemikiran-pemikiran seperti Hume, Comte, Freud, Feuerbach, Marx, dan Nietzsche yang selalu berpikir materi yang bisa diinvestigasi dengan indra, diverifikasi, dan dideskripsikan hanyalah penjelmaan pemikiran kuno Eropa yang hidup kembali di Abad Modern. Selain itu, semangat yang mereka bawa adalah semangat kemajuan sains yang mereka anggap agama yang notabene produk timur yang inferior hanya menghambat kemajuan sains tersebut.
Kritik kedua, para kaum atheis sebenarnya gagal dalam mengkritik agama. Mereka terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Seperti Hume yang menolak metafisika tanpa mau mendengarkan realitas sebelum bicara, Comte membuat penggolongan absurd untuk diterima sebelum menganalisis keadaan di luar kesadaraanya, Feuerbach yang terlalu ceroboh tanpa pertimbangan matang mengatakan bahwa Tuhan refleksi diri manusia tanpa tahu cermin mana yang bisa digunakan, Marx yang terlalu melankolis dalam melihat hidupnya sebagai generalisasi hidup seluruh manusia, Freud yang terlalu sempit dalam melihat agama-agama di seluruh dunia sama dengan agama Kristen dan Yahudi, Nietzsche yang terlalu terobsesi dengan nihilisme sebagai pembongkaran kebohongan agama namun tidak dapat meramal dengan tepat nilai-nilai yang ingin diciptakan manusia. Secara general para kaum atheis di atas gagal dalam membuktikan atapun objektifikasi yang mendasar dalam meyakinkan bahwa Allah benar-benar tidak ada atau mungkin ada, serta kaum atheis juga gagal dalam usaha memberikan penjelasan meyakinkan tentang fenomena agama yang terjadi pada manusia.
Kritik ketiga, para kaum atheis terlalu dangkal dalam mengkaji agama tanpa mendalaminya secara serius, Karena agama hanya dilihat sebagai fenomena yang tampak saja tanpa mendalami dimensi agama yang bersifat metafisika. Seperti Hume hanya melihat agama dengan sebelah mata tanpa melihat dengan objektif agama berbicara dan ini juga pendapat secara umum kaum atheis di atas. Kaum atheis hanya bersifat silopsis (teori epistimologis yang menyatakan bahwa pengalaman diri itu merupakan titik awal bagi semua pengetahuan dan memandang bahwa dunia eksternal adalah konstruksi rasional oleh diri berdasarkan bahan mentah dari pengalamannya sendiri) pada pengetahuan agama dan ini jelas tidak adil dan objektif seperti yang mereka gaungkan, dan ini berarti kegagalan terbesar dalam teori ajukan dengan adanya ambivalensi padanya, mereka juga seperti katak yang berada dalam sumur gelap yang mengatakan bahwa gunung itu tidak ada karena ia tidak pernah tahu realitas gunung yang berada di luar sumur.
Walaupun kaum atheis gagal dalam mengkritik agama bukan berarti kemenangan dan keagungan bagi kaum teis, namun hal itu hanya cambuk dan refleksi bagi kaum teis untuk selalu memikirkan kebenaran yang mereka percayai dan mereka yakini. Namun, yang lebih penting bahwa dimensi keimanan kaum teis adalah keselarasan aplikasi nilai-nilai agama pada hati, akal pikiran dan tindakan di kehidupan sehari-hari secara umum untuk mendapatkan pemahaman realitas diri mereka sebagai manusia dan dasein (tujuan) kehidupan ini. Dan penyangkalan dan pembuktian tidak mungkin Allah tidak ada bukanlah akhir dari perjalanan kaum beragama, namun hanya salah satu jalan untuk menunjukkan bahwa beriman dengan hati saja tidak cukup, namun upaya-upaya merasionalkan Allah juga diperlukan untuk membuat akal juga beriman kepada Allah.
Daftar Pustaka
Ahmad, Saiyad Fareed,dkk., “5 Tantangan Abadi Terhadap Agama Dan Jawaban Islam Terhadapnya”, Bandung; Mizan, 2008.
Bagus, Lorens, ” kamus filsafat ”, Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Bahtiar, Amsal, “ Filsafat Agama”, Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1999.
Barret , William, “Mencari Jiwa Dari Descrates Sampai Computer”, Yogyakarta; Putra Langit, 2001.
Bodgan ,Robert C. and Sari Knoop Biclen, “Quality Research for Education: an Introduction to Theory and Methods “Boston: Allyn and Bacon, 1986.
Bodgan, Robert C. dan Steven J. Taylor,” Kualitatif Dasar-dasar Penelitian”. Penerjemah A. Khozin Affandi, Surabaya: Usaha Nasional, 1993,
Boeree, C. George, “Sejarah Psikologi Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern”, Yogyakarta;Rajawali, 2007.
———————–, “Personality Theories”,Yogyakarta; Arruz Media, 2007,
Catatan kuliah filsafat agama Prof. Fauzan Saleh Ph.D, pada tanggal 27 Nopember 2011 pukul 10.30 di STAIN Kediri.
Catatan kuliah Prof. Fauzan Saleh Ph.D tanggal 20 Nopember 2011 pukul 9.30, di kampus STAIN Kediri.
Daya, Burhanudin, dkk.,” Agama Dan Masyarakat”, Yogyakarta; Iain Sunan Kalijaga Press, 1993.
Hadi, Aslam, “Pengantar Filsafat Agama”, Jakarta; Rajawali, 1986.
Hadiwijono, Harun,” Sari Sejarah Filsafat Barat 2”, Yogyakarta; Kanisius, 1995.
Hawton, Hector, “Filsafat Yang Menghibur”, Yogyakarta; Ikon Teralitera, 2003.
Jalaludin, Rahmat, “Psikologi Agama”, Bandung; Mizan, 2003.
James, William,” The Varieties Of Religious Experience”, New York; New Amirican Library, 1958.
Mudhofir, Ali, “Kamus Filsuf Barat”, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2001.
Nasution, Harun, “Filsafat Agama”,Jakarta; Bulan Bintang, 1987.
Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif Bandung: Tarasito, 1992.
O’dea ,F. Thomas, “Sosiologi Agama”, Jakarta; Rajawali, 1987.
Puspito, Hendro,” Sosiologi Agama”, Yogyakarta; kanisius, 1992.
Q-Anees, Bambang, dkk. , “Filsafat Untuk Umum”, Jakarta; Prenada Media, 2003.
Ritzer, Goerge, dkk., “Teori Sosiologi Modern”, Jakarta; Prenada Media, 2008.
Rusidi,” Dasar-dasar Penelitian Dalam Rangka Pengembangan Ilmu”, Bandung: PPS Unpad, 1992.
Russel, Bertrand,” Sejarah Filsafat Barat”, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007.
Salam, Burhanudin, “Filsafat Manusia Antropologi Metafisika”,Jakarta; Bina Aksara, 1988.
Suriasumantri, Jujun S.,” Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu”, Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 1978.
Suseno, Franz Magnis, “Menalar Tuhan”, Yogyakarta; Kanisius, 2006.
Tafsir, Ahmad, “Filsafat Umum”, Bandung; PT. Remaja Rosda Karya, 2009.
Tjahjadi, Simon Petrus L., “Tuhan Para Filsuf Dan Ilmuwan Dari Descrates Sampai Whitehead”, Yogyakarta; Kanisius, 2007.
Walters, J. Donald, “Crises In Modern Thought”, Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Zubaedi, dkk., “Filsafat Barat”,Yogyakarta; Arruz Media, 2007.
*Alumni IAIN Kediri Tahun 2013 dan Peneliti dalam Studi Islam
sumber gambat: sesawi.net