3,050 views

Perang Salib Timur dan Barat

Jati Pamungkas*

Penggunaan kata “salib” dalam pertempuran memperebutkan Yerusalem menunjukkan bahwa supremasi kekuatan ada di Eropa, sehingga cara pandang mengenai Perang Salib umumnya diambil dari sudut pandang Eropa atau agama Kristen. Seperti diketahui, Islam juga terlibat dalam perang tersebut dengan atribut bendera tertulis kalimat syahadat dan simbol bulan sabit.

–Jati Pamungkas–

Perang Salib merupakan peperangan yang paling bersejarah  di dunia karena melibatkan faktor paling rumit dan paling pribadi dalam diri manusia, yaitu agama atau kepercayaan. Sebelum membahas Perang Salib lebih jauh, alangkah baiknya kita mengerti dulu apa arti Perang Salib yang sesungguhnya. Perang Salib adalah peperangan yang terjadi antara pasukan Kristen dari berbagai kerajaan di Eropa dengan pasukan Islam yang bertujuan untuk merebut Kota Suci Yerusalem dari kekuasaan Islam (Sinclair, 1995: 57). Pengertian tersebut merupakan mayoritas arti Perang Salib yang dipahami orang-orang pada masa sekarang. Pengertian tersebut dapat dipersempit lagi, yaitu dengan melibatkan kata agama, yang artinya peperangan yang terjadi antara Kristen dengan Islam dalam merebut Yerusalem. Jika pemahaman tersebut dijadikan suatu kebenaran mutlak, maka akan timbul persepsi yang saling menyudutkan antara Kristen dan Islam.

Dari pengertian di atas,muncul sebuah pertanyaan: Dari mana kata “salib” berasal? Kata “salib” digunakan untuk menggambarkan perang tersebut karena pasukan Kristen menggunakan atribut keagamaan mereka, salib, pada saat berperang melawan pasukan Islam (Sholikhin, 2010: 47). Salib yang dibawa dalam peperangan berukuran besar sehingga keberadaan pasukan Kristen dapat diketahui (Phillips, 2014: 4). Simbol salib juga terdapat pada bendera, pakaian perang, dan pedang yang dibawa setiap pasukan Kristen. Selain penjelasan di atas, salib yang merupakan simbol Kristen rupanya berhasil menyatukan banyak pasukan dari kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa pada saat itu, seperti Kerajaan Kristen Inggris, Kerajaan Prancis, Kerajaan Suci Roma, Kerajaan Bizantium, dan sebagainya. Kata “salib” juga digunakan untuk memberikan pesan persatuan dalam pasukan Kristen karena terdiri dari pasukan berbeda kerajaan, berbeda etnis, dan bahasa. Dengan adanya Perang Salib, situasi persaingan politik berbagai kerajaan Kristen di Eropa dapat dikurangi, dan Perang Salib dapat menyatukan mereka dengan alasan suci yaitu membela agama Kristen dan membebaskan Yerusalem yang dikuasai Islam.

Penggunaan kata “salib” dalam pertempuran memperebutkan Yerusalem  menunjukkan bahwa supremasi kekuatan ada di Eropa, sehingga cara pandang mengenai Perang Salib umumnya diambil dari sudut pandang Eropa atau agama Kristen. Seperti diketahui, Islam juga terlibat dalam perang tersebut dengan atribut bendera tertulis kalimat syahadat dan simbol bulan sabit. Pasukan Islam juga banyak memenangkan peperangan dalam perang tersebut, tetapi nama yang dikenang dalam sejarah dunia adalah “Perang Salib” atau Crusade War, bukan “Perang Bulan Sabit” atau Crescent War. Pemakaian kata yang lebih netral yang menunjukkan “kesucian” dalam perang tersebut juga tidak terlalu dikenal, seperti “Perang Suci” atau Holy War.

Jadi dalam arti Perang Salib sendiri, dapat dikatakan bahwa sejarah dunia dikuasai bangsa yang lebih unggul dalam bidang literasi dan teknologi. Perang Salib lebih dipilih daripada Perang Suci, Perang Bulan Sabit, atau dapat langsung mengarah pada agama yang bersangkutan yaitu Perang Kristen-Islam1. Keadaan tersebut dapat diketahui bahwasanya pada abad ke-16 hingga ke- 19, dunia di bawah Eropa melalui kolonialisasi atau penjajahan yang memungkinkan sebuah sejarah dapat dihegemoni bangsa- bangsa Eropa.

Dalam hal waktu dan tempat, perlu diluruskan mengenai pemahaman Perang Salib. Tempat dan waktu terjadinya Perang Salib memang berkaitan erat dengan perebutan Yerusalem. Artinya, secara garis besar Perang Salib terjadi di Yerusalem dan sekitarnya. Dalam hal waktu, Perang Salib terdiri dari sepuluh periode peperangan yang dimulai dari tahun 1096 hingga 1365 (Zecevic, 2004: 146)2. Dalam setiap periode, Perang Salib tersebut terdiri dari beberapa pertempuran. Kesepuluh periode Perang Salib tersebut ternyata tidak semuanya terjadi di Yerusalem. Bahkan ada juga perang yang terjadi jauh dari Yerusalem, misalnya di Manshurah, Mesir ( Jackson, 2009: 125). Dilihat

  1. Pemakaian Perang Kristen-Islam dianggap terlalu sempit karena mengacu pada  persaingan  agama,  terutama  dalam  persaingan merebut Yerusalem. Pemakaian Perang Kristen-Islam juga terlalu luas karena pada dasarnya dapat terjadi di mana pun di seluruh dunia yang terdapat komunitas dua agama tersebut. Penggunaan kata Perang Kristen-Islam juga dianggap terlalu menodai kesucian agama karena pada dasarnya manusia yang memicu terjadinya perang. Perang Salib dipakai karena Bangsa Eropa telah menuliskan dalam sejarahnya sendiri bahwa mereka menggunakan kata “Crusade”  pada  akhir abad ke-12, tepatnya pada Perang Salib III untuk menyebut prajurit memakai simbol salib dengan nama crusesignatus. Seiring berjalannya waktu kata crusade yang bermakna salib lebih sering digunakan dari pada kata holy atau suci.
  2. Dalam versi lain dijelaskan bahwa Perang Salib berakhir setelah Perang Salib IX, atau terakhir kali terjadi pada tahun 1272.

dari tujuannya, ternyata Perang Salib terjadi tidak hanya untuk memperebutkan Yerusalem saja, tetapi juga memperebutkan daerah-daerah lain di dunia atas nama agama, yaitu kejayaan  antara dua agama, Kristen dan Islam, yang dipengaruhi oleh motif politik dan ekonomi (Constable, 2004: 233).

Selain di Yerusalem dan sekitarnya, atau mengacu pada kawasan Timur Tengah, Perang Salib juga terjadi di Spanyol, tepatnya ketika kerajaan Kristen di Semenanjung Iberia, seperti Kerajaan Navarre, Castilla, Aragon, Leon, dan Portugal, bersatu melawan kekuasaan Islam yang silih berganti di wilayah yang telah terebut Kekhalifahan Umayah, Emirat Cordoba (Cordova), Kekhalifahan Cordoba, Dinasti Murabithun, Kekhalifahan Muwahhidun, dan dinasti-dinasti kecil Islam lainnya. Dalam segi waktu, Perang Salib di Spanyol terjadi sebelum lahirnya deklarasi lahirnya Perang Salib I oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095 (Lock, 2013: 294). Perang Salib di Spanyol lebih dikenal dengan Reconquista atau menaklukkan kembali daerah yang direbut tentara Islam. Perang Salib di Spanyol bahkan berakhir pada tahun 1492 dengan ditaklukkannya Emirat Granada ( Jamieson, 2016: 204).3

Eropa Timur juga menjadi  tempat  terjadinya  Perang Salib, tepatnya kekuatan Kekhalifahan Turki Usmani melawan kerajaan-kerajaan di Eropa yang semuanya di bawah bendera Kristen dari sudut keagamaan. Semua kerajaan di Eropa adalah

  • Gerakan Reconquista memang diakhiri dengan kemenangan terhadap kekuatan Islam terakhir yang diwakili oleh Emirat Granada. Dalam pengertian lain, misi dari gerakan tersebut adalah mengusir Islam ke Maroko, tempat orang-orang Islam berasal sebelum menginjakkan kaki di Semenanjung Iberia. Pengusiran orang-orang Islam dari Andalusia, Semenanjung Iberia, dimulai tahun 1604.

musuh Turki Usmani. Persamaan mereka adalah agama, yaitu Kristen, walaupun secara bahasa dan bangsa berbeda. Hal itu cukup membuat kerajaan di seluruh Eropa bersatu melawan Turki Usmani.Kerajaan Kristen di Eropa yang terlibat peperangan sengit dengan Turki Usmani adalah Kerajaan Austria-Hungaria dan Kekaisaran Rusia. Sebelum dua kerajaan tersebut, Turki Usmani berperang dengan Kerajaan Bizantium (Roelle Sr, 2009: 104). Pada tahun 1453, Bizantium akhirnya runtuh akibat serangan Turki Usmani yang berhasil menaklukkan Konstantinopel (D’Epiro, 2010: 289). Perang Salib yang lebih mengedepankan persaingan kejayaan dalam wilayah akhirnya juga melibatkan kesucian agama yang berbeda di wilayah Eropa Timur. Simbol- simbol keagamaan, baik Kristen maupun Islam, mulai tampak dalam bendera perang antara Turki Usmani melawan Kerajaan Kristen Eropa. Perang Salib di Eropa Timur dibagi menjadi dua periode, yaitu kemenangan Turki Usmani dan kemunduran Turki Usmani. Kejayaan Turki Usmani di Eropa Timur hingga tahun 1683 dan setelahnya, Turki Usmani banyak menderita kekalahan sehingga di Eropa Timur, Turki Usmani kehilangan banyak wilayah kekuasaan sehingga dijuluki The Sickman of Europe pada tahun 1853 (Huggan dan Law, 2009: 103)4.

Perang Salib yang terakhir lebih global dan terjadi di seluruh dunia, terutama ketika bangsa-bangsa di Eropa mencari rempah- rempah di dunia timur yang mayoritas daerahnya telah masuk Islam. Jadi pada masa tersebut terkenal sebagai masa penjelajahan

  • Istilah “Sickman of Europe” dalam Bahasa Inggris terinspirasi oleh pernyataan Raja Rusia, Nicholas I, tentang Turki Usmani yang lemah dalam Perang Krimea melawan Kerajaan Rusia pada tahun 1853-1856. Setelah Perang Krimea, Turki Usmani kehilangan banyak wilayah sehingga dikuasai oleh Kerajaan Rusia, Inggris, Prancis, dan Austria- Hungaria.

samudra dengan misi gold, glory, gospel (Casale, 2010: 8)5. Misi gospel yang akhirnya melahirkan peperangan bangsa-bangsa Eropa yang diwakili Portugis, Spanyol, dan Belanda dengan wilayah yang telah masuk Islam terlebih dahulu, seperti di Nusantara  pada abad 16 (Parry, 1981: 141). Latar belakang perang memang bukan dari agama, namun lebih dipengaruhi perdagangan. Perbedaan fisik mulai dari postur tubuh, warna kulit, bahasa, dan budaya, dan adanya misi “suci”, membuat perang antara Bangsa Barat dengan Bangsa Timur lebih mudah terjadi.

  • Bangsa-bangsa Eropa mencari rempah-rampah karena langka dan mahalnya rempah-rempah di Eropa disebabkan blokade dan monopoli Turki Usmani. Seiring perkembangan waktu dan kesuksesan bangsa- bangsa Eropa dalam penjelajahan samudra, mereka memanfaatkan tidak hanya untuk berdagang namun juga untuk memonopoli pasar dunia (gold), mencari daerah baru dijadikan koloni (glory), dan juga menyebarkan Kristen di seluruh dunia (gospel). Makna gold juga dapat diartikan emas dalam arti sesungguhnya.

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri dan Penulis Buku Perang Salib Timur dan Barat

 

(Visited 3 times, 1 visits today)