Jumat, 22/10/2021 Merupakan hari bersejarah untuk nDalem Pojok, untuk pertama kalinya semenjak diresmikan menjadi sebuah situs sejarah dan dibuka untuk masyarakat umum, Situs Bung Karno sukses mengadakan Peringatan Hari Santri Nasional (HSN). Acara yang diinisiasi berkat kerja sama antara Program Studi Sosiologi Agama IAIN Kediri dengan Pengurus Harian Situs Bung Karno berhasil menyedot perhatian hampir ratusan peserta. Termasuk didalamnya ada GMNI, Pemuda Ahmadiyah, Kaum Thoriqoh, IPNU Ranting Ngreco, MATAN Kediri Raya, civitas akademik beserta mahasiswa IAIN Kediri, Pengurus Harian Situs Bung Karto, dan masyarakat sekitar situs.
Kegiatan Peringatan HSN mengusung spirit “Bangkitkan Manunggalnya Kesadaran Beragama dan Kesadaran Bernegara” Peringatan HSN di nDalem Pojok terbagi menjadi tiga sesi. Pertama, upacara Peringatan HSN. Kedua, santunan anak yatim dan fakir miskin壯陽藥 . Ketiga, sarasehan hari santri. Dalam amanat pembina upacara M. Zuhdi berpesan, “Hati kita tiba-tiba tergugah setelah kita bulatkan niat bahwa kita tidak ingin hanya sekedar menggelar seremonial pada Hari Santri ini, tapi lebih daripada itu kita harus bertindak nyata langkah menirakati pemimpin dan membudayakan rasa malu” ujarnya di hadapan peserta upacara. Penjabaran mengenai pentingnya manunggalnya kesadaran beragama dan kesadaran bernegara ini dikupas tuntas dalam sarasehan kebangsaan usai pelaksanaan Upacara HSN dalam tema besar “Santri Siaga Jiwa Raga”.
Sarasehan menghadirkan tiga narasumber Dr Taufik Alamin, M.Si. Wakil Ketua PCNU Kota Kediri sekaligus Kaprodi Sosiologi Agama IAIN Kediri, Muhammad Zuhdi, M.Si Kepala Pusat Studi Advokasi Desa, dan Kushartono Ketua Harian Situs nDalem Pojok Kediri sekaligus Ketua Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia DPC Kediri dan Gigih Wahyu Pratomo, M.Si. dosen Sosiologi Agama sebagai moderator.
“Memang ada hubungan erat Bung Karno dengan para ulama khususnya Hadrotus Syeikh Hasyim Asyari beserta laskar jihad santri dalam lahirnya resolusi jihad untuk melawan penjajah para perang 10 nopember 1945” tutur Taufik Alamin dalam materi sarasehan. Dalam waktu yang bersamaan Kushartono juga menjelaskan, “dengan tegas menolak politik uang di segala aspek kehidupan publik khususnya dalam seleksi penerimaan Aparatur Sipil Negara”. Pak Kus juga ingin mewujudkan keterlibatan dan kontrol dari masyarakat dalam proses tersebut. M. Zuhdi sebagai pemateri ketiga menghimbau “sudah saatnya menirakati pemimpin di semua level karena proses terpilihnya orang orang tersebut sangat mahal dan memakai uang rakyat”.
Rangkaian peringatan HSN ditutup dengan deklarasi bertemakan “Gerakan Nasional Mentirakati Pemimpin Bangsa” ini merupakan puncak acara dari rangkain peringatan di situs rumah masa kecil Presiden Pertama RI ini.
“Sebenarnya agenda deklarasi ini tidak ada dalam draf acara. Ini adalah keinginan spontan para santri, setelah mengetahui dan bisa memaknai Hari Santri usai melakukan serangkaian kegiatan. Mulai dari upacara, mendengarkan pidato, santunan anak yatim dan fakir miskin, doa bersama, selamatan, dan sarasehan kebangsaan. Bagaimana perjuangan para ulama’ dan para santri dalam mempertahan NKRI pada awal kemerdekaan,” ujar Sikan Abdillah Ketua Panitia.
Deklarasi dibacakan oleh Dr. Taufik Alamin, M.Si. menjelang detik-detik sholat Jum’at. Pria yang juga Dosen IAIN Kediri ini berdiri didampingi para tokoh pemuda dan organisasi, semua para santri-santriwati juga ikut berdiri dan menirukan apa yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Secara garis besar isi deklarasi tirakat nasional ini ada tiga pokok. Pertama para santri sepakat untuk mendokan para pimimpin bangsa agar terus lahir pemimpin-pemimpin yang adil. Kedua berpuasa, bersumpah pada dirinya sendiri tidak akan menerima money politic pada saat ada pemilihan pimpinan mulai dari kepala desa hingga presiden. Ketiga masing-masing harus meningkatkan cinta tanah air dan cinta NKRI.
“Luar biasa, rangkaian acara mulai dari upacara, selamatan sampai adanya deklarasi ini benar-benar suatu penggugah semangat perubahan diri kita untuk semakin menjadi baik” kata Naja dan Nailul kompak selaku perwakilan IPNU Ranting Ngreco.
Di kesempatan yang sama juga hadir Gus Izzat sebagai ketua MATAN Kediri Raya, dalam sambutannya beliau berpesan, “sebagai generasi penerus bangsa, jangan jauh dari ulama, jangan memutuskan hubungan dengan ulama, dekatilah para ulama sebab perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari hubungan erat antara rakyat dan ulama. Thoriqoh merupakan salah satu pilihan sebagai cara untuk merefleksikan makna hari santri sebagaimana yang termaktub dalam deklarasi”.
Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno Kediri mengakui bahwa Deklarasi Gerakan Tirakat Nasional ini adalah langkah yang sangat baik tidak sekedar seremonial saja, tapi ada langkah nyata, mengenahi apa yang harus dilakukan. (pen)