Dengan memakai metode early reponse dalam analisis CEWERS konflik masyarakat dan keluarga suspect corona, maka implementasi sistem deteksi dini konflik oleh pemerintah desa cukup optimal.
_Aminatul Kurnia_
Aminatul Kurnia*
Sudah hampir sembilan bulan lamanya Indonesia berjuang melawan Covid-19 yang semakin lama kian bertambah banyak penderitanya yang dinyatakan positif. Virus ini mulai menyebar di beberapa daerah di seluruh Indonesia menyebabkan masyarakat khawatir dibuatnya. Nyatanya di desa pun tak luput dari virus ini, satu orang dinyatakan positif terjangkit covid-19, sebuah berita yang membuat gempar seluruh orang di desa. Keluarga penderita adalah orang yang merasakan dampak dari hal ini. Perlu di ketahui keluarga penderita merupakan suspect corona karena memiliki riwayat kontak dengan penderita covid-19. Menurut Kemenkes dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan “Suspect merupakan orang yang memiliki gejala batuk pilek, demam atau sakit tenggorokan yang memiliki riwayat perjalanan ke wilayah penyebaran Covid-19 maupun memiliki riwayat kontak dengan penderita Covid-19, tetapi kalau suspect dilakukan pemeriksaan laboratorium dan ditemukan virus jenis Corona itu disebut probable. Kalau ketemunya virus novel corona baru disebut Confirm”
Sehingga, adanya isolasi mandiri perlu dilakukan pada keluarga penderita tersebut yang merupakan suspect corona. Ironisnya tidak semua masyarakat paham betul cepatnya penyebaran virus ini antar manusia walaupun hasil swab keluarga suspect corona dinyatakan negatif, salah satu keluarga suspect corona tersebut sengaja keluar rumah menuju warung membeli keperluannya seperti kebiasaannya sehari-hari. Sikap frontal ditunjukkan beberapa masyarakat di sekitar warung mengusir keluarga suspect corona tersebut dari warung. Sehingga muncullah konflik antar masyarakat dan anggota keluarga suspect corona. Keluarga suspect corona tersebut merasa diasingkan oleh masyarakat dan masyarakat mempunyai ketakukan berlebih terhadap virus ini. Oleh karena hal tersebut, masyarakat memberikan penolakan kepada anggota keluarga suspect corona berkeliaran di desa karena memang seharusnya sedang menjalani karantina mandiri.
Dalam hal ini masyarakat benar-benar takut apabila covid-19 menyebar di lingkungan desa. Namun, mengucilkan suspect corona bukan pilihan yang benar dilakukan karena bantuan masyarakat sekitar diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga suspect corona tersebut dengan mengantarkannya ke depan rumahnya. Selagi tidak berkontak langsung, kecil kemungkinan akan tertular. Sebagai orang yang diasingkan, keluarga suspect corona tersebut akan mengalami tekanan pada psikologisnya dan merasa sakit hati. Namun, karena ketakukan yang besar tersebut masyarakat tidak menolong keluarga suspect corona dan akhirnya suspect corona tidak punya pilihan lain dan keluar rumah untuk membeli kebutuhannya dan terjadilah insiden penolakan masyarakat.
Di sinilah perlu adanya deteksi dini konflik sebelum konflik semakin besar yang di khawatirkan menimbulkan tindakan anarkis. Berdasarkan fenemona tersebut pemerintah desa dibantu oleh kepolisian wilayah kota menutup akses masuk ke rumah keluarga suspect corona agar tidak menimbulkan konflik yang lebih parah. Dengan memakai metode early reponse dalam analisis CEWERS konflik masyarakat dan keluarga suspect corona, maka implementasi sistem deteksi dini konflik oleh pemerintah desa cukup optimal. Dapat dianalisa dengan beberapa faktor berikut :
Pertama, lokalisasi wilayah konflik. Pembatasan area konflik agar tidak menyebar ke tempat lainnya. Penutupan akses masuk ke rumah keluarga suspect corona dengan diawasi oleh polisi selama masa isolasi mandiri dapat menghindari resiko suspect corona keluar dari rumah sehingga tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
Kedua, penangkalan isu/persebaran informasi. Pemerintah desa harus tanggap setelah mendapat aduan warga terkait salah satu anggota keluarga suspect corona yang keluar untuk membeli kebutuhan sehari-hari . S犀利士 ehingga pemerintah desa dengan cepa樂威壯 t mencukupinya agar keluarga suspect corona tidak keluar dan masyarakat tidak terprovokasi untuk melakukan tindakan anarkis
Ketiga, mediasi. Antara warga dan keluarga suspect corona melakukan mediasi melalui polisi dan pemerintah desa hasilnya dapat diambil sebuah keputusan menutup akses ke rumah suspect corona.
Keempat, negosiasi. Tercapainya kesepakatan damai yaitu suspect corona harus tinggal di rumah selama masa isolasi mandiri dengan catatan kebutuhan ditanggung pemerintah desa dan ketika masa isolasi mandiri selesai masyarakat tidak mengasingkan keluarga tersebut.
Kelima, dialog. Pemerintahan desa dan kepolisian desa melalukan dialog kepada masyarakat dan keluarga suspect corona untuk meluruskan kesalahpahaman kedua belah pihak.
Keenam, metode terakhir adalah kampanye, yaitu memberikan pengetahuan terkait bahaya covid-19 kepada masayarakat dan keluarga suspect corona untuk menyadarkan kedua belah pihak dan membawa perdamaian yang dirasa sudah efektif meredam konflik tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa metode early reponse dalam analisis CEWERS, implementasi sistem deteksi dini konflik dalam permasalahan di atas sudah dijalankan secara optimal, sehingga dapat dilihat konflik tidak terjadi berlarut-larut dan dapat diselesaikan dengan jalan damai.
*Mahasiswa Sosiologi Agama IAIN Kediri
sumber gambar: tirto.id