Girah adalah tempatku menempa diri, memperoleh kawisesan sekaligus penyucian diri. Orang sekarang menyebutnya dengan nama “Gurah”. Di tengah pematang kebun tebu, di bawah pohon besar, jauh dari huruk pikuk keduniawian ada bekas peninggalanku. Di situlah petilasanku berada, “Petilasan Calon Arang”.