1,924 views

Krisis Isi Perut di Saat Wabah

Nadia Putri Inggiantoro

Ketika dihadapkan dengan konflik kesenjangan sosial, untuk mengantisipasi krisis isi perut ini kita dapat memanfaatkan lahan di sekitar rumah untuk dijadikan tempat menanam tanaman yang cepat panen.

Nadia Putri Inggiantoro

Sudah berbulan-bulan lamanya virus corona melanda Indonesia, namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda kapan virus itu akan hilang. Tidak adanya kepastian kapan pandemi covid-19 ini akan berakhir. Hal tersebutlah yang membuat hampir dari semua bidang terdampak.  Dampak dari pandemi corona ini dirasakan oleh semua kelas masyarakat. Kelas masyarakat menengah ke bawah adalah kelas masyarakat yang paling merasakan dampaknya, seperti halnya mereka kesulitan mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, mereka di rundung simalakama jika tidak bekerja mereka tidak mempunyai penghasilan dan mereka bisa mati karena kelaparan. Namun, jika mereka bekerja akan dirundung kecemasan akan terpapar covid-19.

Berdasarkan data kementerian tenaga kerja, tercatat ada sekitar 116.000 perusahaan terganggu usahanya, sekitar 2 juta karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal tersebut semakin mempersulit keadaan perekonomian masyarakat kelas bawah.  Dengan adanya kondisi tersebut memaksa masyarakat untuk berfikir keras mencari lapangan kerja baru. Keadaan berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat kelas menengah atas. Bagi masyarakat kelas menengah atas yang memiliki tabungan cukup bisa saja tidak terganggu dengan adanya covid-19. Karena mayoritas masyarakat ini memiliki perkejaan formal yang bisa dikerjakan di rumah. Dan mereka merasa diuntungkan karena bisa berkumpul dengan keluarga.

Masalah kesenjangan sosial bukan lagi masalah yang asing didengar, permasalahan ini sudah menjadi permasalahan yang terjadi sejak lama. Namun, dengan adanya pendemi covid-19 ini kesenjangan sosial semakin meningkat. Dari sisi ketersediaan lapangan kerja, 57% masyarakat Indonesia bekerja di sektor informal yang bekerja tanpa adanya kepastian perlindungan dan pendapatan. Dengan pemberlakuan new normal sebagai pilihan untuk membuka ruang ekonomi dibuka dengan standard portokol kesehatan. Namun, masyarakat ini tidak mampu melaksanakan pembatasan jarak karena mereka dituntut untuk melakukan kontak langsung dengan pelanggan. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah yang menutup berbagai tempat wisata dan taman kota, memaksa masyarakat ini untuk mengambil resiko dengan berjualan di pinggir jalan sehingga menimbukan masalah baru yakni terjadinya kemacetan dan beresiko adanya kecelakaan. Ditambah lagi dengan persebaraan virus yang tak kunjung usai justru meningkatkan populasi manusia yang terkonfirmasi positif covid-19, sehingga memberikan efek pada krisis sosial dan ditambah lagi bantuan yang tidak tepat sasaran karena adanya sikap egois yang mengedepankan kepentingan individu dari pada kepentingan sosial.

Dengan adanya kondisi sepert ini, solusi apa yang bisa dilakukan?

Seperti teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh George Ritzer di mana di dalam sebuah struktur sistem sosial memiliki fungsional yang saling berhubungan satu sama lain. Dan apabila salah satu struktur tidak befungsi dengan baik, maka akan mengalami sebuah ketimpangan sosial yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam lingkungan masyarakat. Teori ini menitikberatkan pada setiap sistem yang harus difungsikan sesuai bidangnya. Ketika dihadapkan dengan konflik kesenjangan sosial, untuk mengantisipasi krisis isi perut ini kita dapat memanfaatkan lahan di sekitar rumah untuk dijadikan tempat menanam tanaman yang cepat panen. Seperti bayam, kangkung, cabai ataupun umbi-umbian dan sebagainya yang dilakukan secara terus-menerus di lingkungan masyarakat desa yang masih memiliki lahan yang cukup di perkarangan rumah. Untuk masyarakat kota bisa melakukan dengan cara hidroponik untuk meminimalisir kurangnya ketersediaan lahan dan menanam tanaman secara hidroponik pun diklaim sebagai tanaman yang lebih sehat dari pada tanaman yang ditanam secara konvensional karena terbebas dari pestisida. Menanam dengan cara hidroponik adalah bertanam dengan menggunakan media air. Adapun alat yang dibutuhkan untuk menanam dengan media hidroponik, yaitu:

  1. Botol air mineral bekas,
  2. Gelas bekas air mineral,
  3. Jerigen plastik bekas minyak goreng,
  4. Kain untuk sumbu, menggunakan kain panel lebih bagus,
  5. Nutrisi hidroponik (bisa menggunakan pupuk)
  6. Media tanam (rocwool, arang sekam, kerikil, pasir malang, pecahan bata merah). Pilih yang paling mudah didapat.

Bertanam menggunakan media hidroponik dapat dijadikan pilihan jika tidak ada lahan untuk bercocok tanam. Bahan yang digunakan pun sangat mudah didapatkan dan cenderung menggunakan barang bekas.

Dalam hal pencegahan kelaparan dan pengentasan kemiskinan di saat pandemi covid-19 ini selain memberikan bantuan BLT juga memberikan suatu solusi baru dengan cara memberikan ketersediaan benih. Terobosan ini sebagai langkah antisipasi krisis isi perut yang bisa dijadikan cadangan pangan saat masyarakat mengalami krisis pendapatan dan untuk meringankan masyarakat yang tidak mendapatkan bantuan BLT.

Konteks pada saat ini diharapakan sesama warga negara saling bahu membahu membantu yang kesusahan. Di sisi lain sifat kemanusiaan kita harus lebih ditingkatkan lagi karena untuk menghadapi dampak dari virus corona ini adalah sikap saling mengasihi antara individu satu dengan yang lainnya.

sumber gambar: deviantart.com

(Visited 9 times, 1 visits today)