1,947 views

MEREKA YANG “MEMBUNUH” TUHAN (3)

“untuk menjadi manusia sempurna yang tahu akan hakikatnya, Feuerbach berpendapat manusia harus mengakhiri keterasingannya dari agama dan menjadi diri sendiri serta melepaskan keterikatannya dengan agama dan Tuhan yang merupakan proyeksi dirinya…”

Mubaidi Sulaiman*

PARA PEMBUNUH TUHAN GENERASI PERTAMA: LUDWIG FEUERBACH (3)

Ludwig Feuerbach (1804-1872) adalah filosuf materialisme yang cukup berpengaruh padan abad pertengahan. Feuerbach adalah seorang yang dilahirkan di tengah keluarga yang terpelajar di Jerman. Ibunya seorang Protestan yang shaleh dan ayahnya adalah seorang ahli hukum yang disegani. Namun begitu Feuerbach lebih tertarik ke dalam bidang keagamaan dibanding persoalan yang lain. Hal ini dibuktikannya keinginan Feuerbach masuk di Universitas Haeidelberg pada tahun 1823 untuk mendalami teologi Protestan.

Pada tahun 1824 Feuerbach pergi ke Berlin untuk berguru pada Hegel seorang filosuf idealism yang terkemuka. Feuerbach sangat mengangguminya sampai ia menjuluki Hegel sebagai “ayah kedua”.  Dari belajar filsafat bersama Hegel ini, Feuerbach berubah pikiran untuk mendalami filsafat lebih serius hingga akhirnya pada tahun 1828 ia mendapatkan gelar doktornya dan pada tahun 1829-1832 ia menjadi dosen filsafat.

Pada tahun 1830 ia menulis sebuah karya yang dianggap membahayakan iman Kristen dengan judul “Gedanken Uber Tod Unterblichkeit” (beberapa pemikiran tentang kematian dan keabadian) hingga akhirnya ia sulit untuk mendapat gelar profesor. Bahkan bukan hanya itu Feuerbach melepaskan kedudukannya sebagai seorang dosen demi keyakinannya dan menjadi seorang penentang agama yang tajam.

Pada tahun 1841 Feuerbach menulis sebuah buku perlawanan terhadap agama Kristen yang berjudul “ Das Wesen Des Christentums” (hakekat agama Kristen). Dari sini Feuerbach terlihat sangat berbeda dari cita-citanya ingin menjadi teolog berbalik menjadi anti-teolog. Pada tahun 1868 Feuerbach menggabungkan diri dengan partai social-demokrat Jerman setelah membaca pemikiran-pemikiran Karl Marx lewat bukunya “Das Capital” hingga pada tahun 1872 Feuerbach meninggal dunia karena serangan jantung.

Filsafat Feuerbach sebenarnya adalah pertentangan dengan filsafat Hegel yang diidolakannya. Hegel berpendapat bahwa dalam kesadaran manusia, Allah mengungkapkan diri, jadi menurut Hegel bahwa “Roh Semesta” adalah pelaku utama dalam sejarah kehidupan ini walaupun “Roh Semesta” tersebut seolah-olah tampak di belakang layar. Pernyataan Hegel tersebut yang menjadi Feuerbach berpikir ulang dan membantahnya dengan kritikan yang tajam.

Menurut Feuerbach Hegel hanyalah memutarbalikan fakta. Hegel memberi kesan seakan-akan yang nyata adalah Allah (yang tidak kelihatan), sedangkan manusia (yang terlihat) hanyalah bayangan yang digerakan oleh Allah. Jadi menurut Feuerbach yang nyata adalah Allah ada dalam pikiran manusia bukan manusia dalam pikiran Allah.  Jadi Feuerbach membantah Hegel yang menyatakan bahwa dirinya merasionalkan agama melalui filsafat, yang ada sebenarnya kepercayaan agama yang Hegel bungkus  dengan filsafat. Menurut Feuerbach hal ini berarti bahwa sebenarnya rasionalitas masih di bawah ketiak agama dan tidak pernah ada pengangkatan agama ke dalam rasionalitas filsafat.

Dari kritik Feuerbach terhadap filsafat Hegel tersebut, maka terciptalah gagasan tentang homo homini dues (manusia adalah Allah bagi dirinya sendiri), yang artinya bahwa Allah adalah ciptaan angan-angan manusia, bukanlah yang menciptakan manusia dan alam semesta ini. Pandangan Feuerbach ini sendiri sebenarnya berdasarkan atas ide Hegel tentang bagaimana manusia bisa menjadi dirinya sendiri. Untuk itu, maka manusia harus menjadi objek dirinya sendiri, jadi ia harus keluar untuk memproyeksikan dirinya sendiri agar ia mengetahui hakekat dirinya sendiri lewat proyeksi yang telah ia ciptakan dan proyeksi tersebut adalah Tuhan dan agama. Contohnya seorang pelukis, ia akan mengetahui bahwa dirinya seorang pelukis setelah ia melukiskan sesuatu yang ingin dia lukiskan. Proyeksi seperti ini manusia akan dapat mengenal dirinya sendiri dan mengetahui identitasnya.

Lebih lanjut Feuerbach berpendapat bahwa manusia adalah bukan hanya makhluk individual saja, namun ia juga merupakan makhluk generik. Maksudnya, manusia di dalam dirinya terdapat gambaran  bahwa ia juga merupakan proyeksi dari manusia di seluruh dunia. Namun, dalam hal ini manusia merupakan hanya kemanusiaan secara virtual karena ia mengasingkan dirinya atas nama Tuhan yang imajiner, maka hakikat kemanusiannya yang sesungguhnya menjadi buram dan kabur.

Agama atau Tuhan adalah faktor utama dalam mengaburkan hakikat manusia yang sesungguhnya, maka sudah menjadi tugas filsafat untuk mengembalikan bagian terbesar dari diri manusia yang telah diasingkan oleh agama dan Tuhan yang imajiner, serta membuktikan bahwa perbedaan hal-hal yang manusiawi dan yang kudus adalah khayalan.

Walaupun agama dan Tuhan mengaburkan hakikat diri manusia, namun agama masih memiliki nilai positif bagi Feuerbach, yaitu agama dan Tuhan telah menjadi proyeksi hakikat manusia. Dari agama manusia menjadi mengetahui bahwa dirinya kuasa, dirinya kreatif, baik hati, memiliki belas kasihan, dan lain sebagainya. Namun, celakanya menurut Feuerbach manusia lupa bahwa proyeksinya yang ia agung-agungkan tersebut sebenarnya adalah dirinya sendiri bukanlah entitas yang lain.

Maka, untuk menjadi manusia sempurna yang tahu akan hakikatnya, Feuerbach berpendapat manusia harus mengakhiri keterasingannya dari agama dan menjadi diri sendiri serta melepaskan keterikatannya dengan agama dan Tuhan yang merupakan proyeksi dirinya. Manusia harus “menarik agama dan Tuhan ke dalam dirinya sendiri”, yang artinya manusia harus menolak kepercayaannya kepada Tuhan yang maha tinggi, mahasuci, mahakuat, mahaadil, maha bijaksana, mahatahu agar ia sendiri menjadi tinggi, suci, kuat, adil, bijaksana, tahu seperti yang mereka inginkan. Manusia harus membongkar agama yang ada dalam dirinya agar ia dapat merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya secara terang serta mengubah teologi menjadi antropologi untuk mengetahui dan menemukan bahwa kekuasaan Tuhan itu sebenarnya milik manusia itu sendiri.

Bersambung…

(Lanjut Para Pembunuh Tuhan Bagian Keempat: Karl Marx)

(sumber gambar: id.wikipedia.org)


*Mubaidi Sulaiman adalah Alumni IAIN Kediri Tahun 2013 dan Peneliti dalam Studi Islam

(Visited 1 times, 1 visits today)