1,434 views

Ramadan dan Kesadaran Kolektif

Sumber: http://agupena.or.id/

Wahyu Iryana[1]

Solusi mengatasi Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah dijabarkan oleh setiap penulis dari berbagai disiplin ilmu, termasuk anjuran pemerintah terkait phsycal distancing, social distancing, anjuran memakai masker, anjuran di rumah saja, cuci tangan, menjaga pola hidup sehat  dan yang lainnya. Namun apabila cara pandang masyarakat tentang pemahamanan virus corona tidak dirubah atau bahkan dinafikan tentang bahaya virus corona akhirnya menjadi percuma.

Edukasi tentang cara pandang masyarakat yang menganggap remeh virus corona penulis kira sangat penting dalam upaya mencegahan menyebarnya virus corona di berbagai penjuru tanah air. Salah satu bentuk edukasinya adalah dengan menggunakan video yang didesain memakai narasi betapa berbahayanya virus corona dan pentingnya mencegah agar tidak tertular.

Media memiliki peranan besar dalam membentuk dan menjelaskan kondisi nyata realitas sosial yang ada. Hal ini menjadikan Media sebagai icon pembentuk realitas sosial sekaligus menjadi penentu kuasa kebenaran.

Beberapa dekade terakhir, pergerakan media dalam membentuk opini publik semakin masif dan dinamis semenjak pergerakan teknologi informasi yang begitu cepat. Jika beberapa dekade sebelumnya opini publik hanya dimainkan oleh media maenstream di televisi atau radio, saat ini pergerakan informasi publik bergerak secara lebih dinamis.

Semua pihak bisa ikut terlibat dalam membentuk opini publik melalui jaringan informasi internet seperti website dan sosial media. Ditambah lagi jaringan informasi internet tersebut sangat mudah untuk diakses.

Namun, pesatnya pertumbuhan media dalam membentuk opini yang kian bebas dan dinamis tersebut belum diimbangi dengan filterisasi yang masif pula, sehingga penyebaran fake news atau hoax menyebar tanpa kontrol di ruas-ruas media internet, yang dimainkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. 

Penulis kira penyebaran video edukasi sebagai bentuk upaya mengubah cara pandang masyarakat untuk kepentingan menangkal penyebaran virus corona di jaringan media informasi internet bisa dibilang cukup ampuh.

Di Amerika Serikat, kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden 2016 juga disebut-sebut ditopang informasi yang disiarkan medsos. Sejumlah penelitian menemukan indikasi seperti itu.

Menegaskan pentingnya pembuatan video edukasi untuk disebar kepada masyarakat umum bisa dianalisis melalui nilai dasar keagamaan dan keberagamaan dalam bingkai kehidupan berbangsa. Tidak bisa dipungkiri bahwa semua ajaran agama menekankan tentang pentingnya membentuk pribadi yang saleh secara ritual (ibadah).

Saleh secara ritual atau individual merupakan pondasi pokok, dan harus menjadi prioritas dalam kehidupan seorang manusia. Ini berarti bahwa ia secara teguh dan konsisten menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai umat beragama.

Namun demikian, tentu saja kesalehan individul tersebut tidak mempunyai makna yang berarti ketika tidak tercermin dalam hubungannya dengan sesama. Dari sinilah kemudian banyak pihak mengklaim pentingnya kesalehan sosial, sebagai manifestasi tindak lanjut dari keberagamanan manusia.

Baik kesalehan individual maupun sosial, harus terus memiliki daya tarik untuk diikuti oleh khalayak. Keteladanan, menjadi hal yang penting. Melalui jejaring di dunia maya, konten-konten yang berisi pentingnya meningkatan kesalehan-kesalehan tersebut harus terus digalakkan secara masif.

Semua informasi yang positif sekesil apapun dapat diekspos melalui jejaring media. Timbul pertanyaan, siapakah yang akan menjadi narasumber untuk mengedukasi tersebut?

Jawabannya tentu saja orang-orang yang berpengaruh, orang-orang yang duduk di stuktur pemerintahan mulai dari Ketua RT, Perangkat Desa, Kiyai Pesantren, Tokoh Agama, Kepala Sekolah, stakeholders perguruan tinggi, para dokter, jajaran TNI-Polri, para pelaku seni, aktivis mahasiswa, pemimpin ormas, ketua paguyuban dan orang-orang yang berpengaruh lainnya.

Pertanyaan berikutnya, siapa yang membuat video edukasinya?. Tentu saja, dengan membanjirnya sekolah dan perguruan tinggi di bidang teknik informatika, peran ini akan banyak diambil oleh kalangan millenial.

Implementasi video edukasi dapat dilakukan melalui akses berjejaring di dunia maya, bahkan sebagian lagi dapat dibuat melalui film dokumenter. Karena pola yang akan terbangun kemudian adalah pemahaman yang utuh bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Sudah seharusnya persoalan bangsa yang terjadi dewasa ini merupakan tanggungjawab seluruh elemen masyarakat. Dari manapun dia berasal walau berbeda ras, suku bangsa, dan agama hendaknya bahu-membahu untuk menuntaskan problem bangsa yang menggurita dari berbagai arah.

Kolektivitas Umat

Solusi mencegah bahaya corona harus dilakukan secara kolektif, tidak bisa sendiri-sendiri, instruksi dan arahan pemerintah sudah sepatutnya dilaksanakan dengan penuh kesadaran, dalam tradisi pesantren dikenal istilah sami’na wa atha’na, (kami mendengar dan akan mematuhi). Sang murid dituntut untuk patuh dan hormat kepada guru dan berbaiksangka terhadap segala keputusan yang diambil olehnya.

Bagi individu yang memiliki komitmen beragama yang tinggi, dalam menghadapi cobaan dan ujian apapun akan tetap dihadapi dengan keyakinan dan keimanan bahwa masalah apapun hakikatnya datang dari Tuhan. Dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, niscaya Dia akan memberikan pertolongan dan kemudahan dalam setiap hal.

Rumusannya terdapat di dalam kitab suci agama-agama. Semua agama meyakini pedoman dalam kita suci merupakan kebenaran. Bagi umat Islam, kitab suci Al-Qur’an menjadi pedoman utama dalam kehidupan. Sebagaimana diketahui, Al-Qur’an merupan obat atau penyembuh bagi segala penyakit, wanunazzilu min al-Qur’ani maa hua asy-syifa wa rohmah… (Q.S. Al-Isro: 82). Jadi, sebagai obat, hendaknya Al-Qur’an selalu menjadi rujukan.

Maka di bulan Ramadhan yang mulia ini, adalah waktu yang sangat tepat untuk melakukan gerakan menghidupkan Al-Qur’an, seperti anjuran membaca Al-Quran secara serempak, gerakan satu hari satu juz, kajian-kajian al-Qur’an serta gerakan-gerakan sosial yang mengaplikasikan nilai-nilai al-Qur’an.

Tentu saja anjuran dan intruksi dari para pemangku kebijakan menjadi kunci yang utama untuk mensukseskannya. Hal yang sama juga perlu dilakukan oleh para ulama, tokoh agama, pengurus pesantren, pemimpin lembaga pemerintahan, juga para pemimpin perusahan baik negeri maupun swasta di Indonesia.

Di sinilah perlunya revitalisasi gerakan, dengan melakukan koreksi total terhadap berbagai aspek dan cara pandang masyarakat Indonesia dalam menyikapi problematika hidup, termasuk pentingnya pemahaman tentang bahaya virus corona.

Lebih dari itu, peran agama-agama dan organisasi sosial keagamaan juga harus serius dan sungguh-sungguh untuk melakukan koreksi total tersebut. Jika tidak, problem sosial ini akan terbuka lebar dan semakin sulit diatasi.

Belum terwujudnya kontrol sosial yang menyeluruh dalam lapisan masyarakat, mengharuskan setiap individu dalam bingkai keanekaragaman berbangsa harus sadar akan pentingnya kesamaan pemahaman bahwa virus corona berbahaya.

Di tengah masih adanya mis-persepsi sebagian masyarakat tentang bahaya virus ini, ditambah minimnya pengetahuan masyarakat dalam menanganinya, serta kegamangan para pemangku kebijakan dalam mengambil pilihan sulit antara pembatasan sosial atau menjaga stabilitas ekonomi, maka diperlukan kesadaran kolektif seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama, bahu nembahu melawan bahaya virus ini.

Melalui tulisan ini, penulis berharap semoga semarak menghidupkan Al-Qur’an dengan berbagai variannya di bulan mulia ini dapat membawa berkah bagi masyarakat Indonesia khususnya dan warga dunia pada umumnya, sehingga wabah yang sedang melanda umat manusia ini segera berakhir. Amin


[

1] Wahyu Iryana, adalah Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung

(Visited 1 times, 1 visits today)